Malaysia, Photography, Travelling

Bermain Burung Persimpangan Padang Nyiru

Melaka memang  identik dengan bangunan tua bersejarah. Di masa lalu kota pelabuhan itu menjadi persinggahan favorit  kapal pedagang dari seluruh negeri. Posisinya yang strategis  membuat bangsa lain ingin menguasainya secara kolonialisme ataupun imperialisme.

Duh kak, pembahasannya berat banget sih. Kaya guru sejarah.

Baiklah kita berpaling sejenak dari kisah masa lalu yang bagi beberapa orang  terdengar begitu membosankan.

Dari Clock Tower berjalanlah  ke utara, melawan arus kendaraan menuju persimpangan Padang Nyiru. Perempatan yang nantinya akan membawamu ke China Town, dimensi lain kota Melaka.

Persimpangan Padang Nyiru , Malaka - Malaysia
Persimpangan Padang Nyiru , Malaka – Malaysia

Taman kecil dekat persimpangan itu tak terlalu istimewa. Pohonnya tidak  terlalu rindang dan air mancur di kolam tidak muncrat ke atas. Namun beberapa orang selalu berhenti sejenak terperangkap takjub oleh ratusan merpati.

Unggas ini tak pernah terusik akan hadirnya  manusia dan  laju kendaraan. Deru suara mesin mobil yang tiba-tiba  menggema ketika lampu merah berubah hijau, hanya ditanggapi dengan kepakan ringan di udara. Setelah semua dirasa aman , mereka kembali lagi.

Penunjuk jalan menuju Masjid Selat Melaka
Penunjuk jalan menuju Masjid Selat Melaka

Merpati-merpati tidak hanya setia dengan pasangannya. Mereka setia tak beranjak dari Persimpangan Padang Nyiru. Menanti hati mulia para turis menaburkan jagung , untuk dipatuk sebagai kudapan siang.

“Ssstttt kamu jinak-jinak merpati deh!”

“Aku?” kibas rambut…

“Iya kamu…”

“Aku sih, jinak-jinak jomblo. Kalau ada yang mau langsung nemplok!”

3

Maaf buat yang jomblo agar berbesar hati menyaksikan pemandangan romantis hingga super vulgar. Sepasang merpati itu saling goda mengepak-mengapakan sayap, hingga akhirnya ada yang terjebak dalam kenikmatan tabu. “Tit….” *sensor*

Yup, tabu untuk dipertontonkan di depan umum tapi  nikmat untuk  dilakukan berdua, bertiga , berempat dan mungkin beramai-ramai. Hiii…

Merpati yang tak pernah ingkar janji, pilih menjomblo seumur hidup
Merpati yang tak pernah ingkar janji, pilih menjomblo seumur hidup

Meski terlahir berpasangan, bukan berarti merpati tak mungkin sendiri. Ada perpisahan atas nama kematian.

Kesetiaan terkadang membuat merpati tak bergeming dalam kesendirian. Karena sesungguhnya meski ia yang dicintai sudah tak ada, bayangannya terasa nyata. Tuh lihat merpati ada jomblo juga kok, dan memilih tetap jomblo.

Gagak juga menjomblo
Gagak juga menjomblo

“Itu yang di sana ada yang jomblo juga. Kenapa mereka nggak bersatu.”

“Sesungguhnya menyatukan dua jomblo tak semudah membalikan telapak tangan.”

“La iyalah, jomblo merpati dengan jomblo gagak  beda spesies, susah bersatu.”

“Jadi tahu kan alasannya kenapa Nikita Mirzani yang jomblo ngga ketemu dengan Nicola Saputra yang jomblo?”

“Kalau kakak yang jomblo ngga ketemu siapa-siapa, itu alasannya apa?”

*hening. nggak bisa jawab, terus nangis*

Lupakan pembahasan jomblo kembali ke burung dan simpang Padang Nyiru. Lihat ada Om-Om maenin burung.

Melempar jagung-jagung (bukan berondong) ke tanah agar merpati mendekat. Beberapa saat ia mengendap-endap lalu berteriak.”Hua…!” Sontak merprti berterbangan. Beruntung tak ada yang terkena serangan jantung.

Meski aktivitas ini tidak hewani (mirip tidak manusiawi), tapi momennya indah ditangkap dengan kamera. Sayapun betah berlama-lama mengintip dari pindai lensa kamera.

Setelah di PHP lalu dikejutkan. Hidup terkadang kejam
Setelah di PHP lalu dikejutkan. Hidup terkadang kejam

“Kak?”

“Iya.”

“Sebetulnya Kakak motoin burung apa Om-Om yang lagi maenin burung?”

“Dua-duanya.”

“Kak , aku rasa dia bermain dengan burung deh, bukan maenan burung, mainin burung atau dimainin burung.”

*diem sok lugu tapi cengar-cengir”

Apapun istilahnya, burung-burung di persimpangan Padang Nyiru memberikan warna berbeda di kota Melaka. Meski panas terik menyengat, tak ada salahnya bermain sejenak dengan burung merpati jinak.

Walau jinaknya terkadang harus dibayar dengan tiga ringgit untuk membeli sekantung jagung.

Saya, Maria, Windi dan Arief - Kompak kagetin burung bukan maenin burung
Saya, Maria, Windi dan Arief – Kompak kagetin burung bukan maenin burung

Percakapan dan kejadian di atas murni imajinasi sang penulis. Jika ada kemiripan tokoh  dengan kisah di atas  , itu hanya kebetulan saja. Tanpa ada maksud untuk menyindir atau menyakiti kamu yang jomblo.

Terimakasih untuk Arief, Maria dan Windi jadi teman jalan di Melaka 😀 .

37 tanggapan untuk “Bermain Burung Persimpangan Padang Nyiru”

  1. Mengamati satwa itu memang kadang membuat pikiran menggila :hihi. Tapi seru! Tingkah polah binatang memang asyik banget buat ditekuri. Kadang konyol, kadang membuat trenyuh, kadang juga membuat jengkel. Itu merpatinya banyak karena banyak yang kasih makan, atau memang habitatnya di situ? Saya selalu heran dengan daerah yang berhasil melokalisasi satwa terus mereka semua anteng begitu di sananya :hehe.

    Suka

  2. Trus aku ngebayangin, kalo di sini ada taman yg banyak burung daranya, apa yg terjadi yaaa… Pasti ditangkepin sama org2 pehobi burung, atau dijadiin judi :))

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar