Lomba, Nusa Tenggara Timur

Menyapa Sepi Pulau Kanawa

Terberkatilah mereka yang terlahir di negara yang dilalui garis  khatulistiwa dengan 13.000 lebih pulau menghampar. Meski seumur hidup rasanya tak akan sanggup menyambangi seluruh  pulau di nusantara. Karena sesungguhnya dibutuhkan 36 tahun perjalanan waktu untuk  menikmati keindahan pesona Indonesia jika setiap hari bertandang ke satu pulau.

Setelah melintasi pulau Flores dari timur hingga barat, saya berencana menutup perjalanan dengan trekking di pulau Rinca dan Komodo di  Taman Nasional Komodo. Awalnya ingin singgah beberapa hari di Labuan Bajo, memanjakan diri dengan fasilitas layanan hotel berbintang. Tapi rencana berubah total  setelah melihat informasi  pulau Kanawa yang dijuluki sebagai surga  tersembunyi di Taman Nasional Komodo.

Tak banyak  wisatawan lokal yang mengetahui keberadaan pulau seluas 36 hektar , padahal jaraknya hanya 15 kilometer dari Labuan Bajo. Pukul dua belas siang setiap harinya ada kapal yang akan mengantarkan tamu resor. Kami dikumpulkan di kantor Kanawa Island yang berada tepat di seberang kantor pos Labuan Bajo atau hotel Garden. Tepat pukul dua belas siang , kapal meninggalkan Labuan Bajo menuju Kanawa.

Selain bungalow ada beberapa tenda  beratap  daun sirap  dan amben bertirai bambu yang disewakan dengan biaya lebih murah. Tarif tenda tepi pantai  (tiga tahun lalu) 150 ribu rupiah, sudah termasuk sarapan dan kapal antar jemput dari Labuhan Bajo. Untuk bungalow  tarifnya 600 ratus ribu rupiah bisa dihuni 2-3 orang , tapi sekarang naik menjadi 750-900 ribu rupiah.

Siapa sih yang menyangsikan keindahan pantai dan laut  Flores, apalagi Taman Nasional Komodo? Namun kekaguman itu tetap terujar tak kala kapal yang kami tumpangi akan merapat di jeti sederhana pulau Kanawa.  Dalam linangan jernih air laut khas Indonesia Timur, beberapa penyu terlihat asik berenang tak terusik kehadiran manusia. Belum lagi biota laut warna-warni lainnya, tak pernah gentar di berada di rumahnya.

Bangunan bungalow dan resto menyebar di sisi timur pulau menempati dataran rendah. Jika ingin mendapatkan pemandangan luar biasa, bisa saja pengelola menempatkannya di bukit selatan   lalu menempatkan tangga atau undakan bagi wisatawan. Namun ini eco-resort , pengelola tak akan merubah apapun , terutama yang berhubungan dengan keseimbangan. Rasanya terlalu egois jika kita membangun resor indah dengan pemandangan luar biasa namun mengabaikan  kelangsungan kehidupan hewan dan tumbuhan yang ada di sini.

Meski konon kambing di atas bukit terkenal nakal, suka menyeruduk pendatang , mereka tetap dibiarkan hidup tentram . Padahal di sanalah tempat paling indah melihat  matahari terbenam. Perlu perjuangan menaiki undakan batu alam untuk melihat guratan awan dan rona magenta sang surya setiap pergantian siang dan malam.

Malam adalah  momen sempurna melihat kemegahan bintang di angkasa.  Bagi anda pecinta fotografi, wajib membawa tripod untuk bereksperimen dengan  mode slow speed merekam milky way. Setelah pukul 10 malam generator set akan dimatikan, tak ada polusi cahaya di sini. Biarkan bulan dan bintang yang menemani malam kita sambil tiduran di atas pasir.

Jelang pagi memang saatnya tepat kembali ke atas bukit merekam hadirnya sang surya. Tapi bagi anda pecinta fotografi alam bebas , siapkan lensa bermoncong panjang. Karena inilah saatnya burung akan keluar dari sarangnya untuk memulai hari. Tanpa sengaja pagi ini saya merekam kegagahan elang laut di atas pulau Kanawa. Lengking panjangnya membelah awan, seolah menyapa kami yang berdiri terkagum di atas bukit.

Menghemat Air Tanah
Ini  pertama kalinya saya tinggal di resor atau penginapan dengan konsep ramah lingkungan. Memang ada  beberapa penginapan yang pernah saya singgahi dengan bangunan fisik serupa, dengan  dinding terbuat dari bambu dan beratap rumbia. Tapi kesehariannya tidak terlalu ramah dengan lingkungan. Tidak ada kebijakan hotel yang mengajak wisatawan untuk menghemat air atau listrik.
Kamar mandi di pulau Kanawa memiliki dua pipa air, tawar dan asin. Saluran air tawar hanya dikhususkan untuk mandi dan bilas, sedangkan untuk aktivitas kakus menggunakan air laut.

Idenya sederhana, tapi di sini secara tidak langsung wisatawan diajak untuk berhemat air tawar. Karena selain sulit didapatkan, untuk menghisap air tawar dari dalam tanah dibutuhkan energi listrik dari generator, yang artinya butuh bahan bakar minyak. Semakin hemat air tawar jelas hemat bahan bakar fosil yang artinya minim pemcemaran udara, karbon sisa pembakaran.

Penerangan Jalan
Sebagian besar penerangan di pulau Kanawa menggunakan energi surya, terutama untuk penerangan jalan. Beberapa sel surya ditempatkan pada bagian atas penutup batang bambu dan bawahnya ditempatkan lampu LED. Sekilas tak ada yang tahu mengapa batang bambui setinggi betis ditanam di tepi jalan.

Ketika malam batang bambu akan berpendar sebagai penerangan. Mungkin untuk investasi awal mahal dibandingkan dengan lampu listrik biasa. Namun tidak ada ongkos bahan bakar, karena alam telah menyediakan dengan amat melimpah  sinar matahari. Efek jangka panjang jelas ramah lingkungan dan taman resor terlihat lebih rapih tanpa jalur kabel.

Sampah
Sampah adalah musuh utama pulau-pulau indah di nusantara. (Maaf). Bayangkan jika sedang asik berenang tiba-tiba melihat seekor penyu terjerat tali rafia. Atau sedang asik snorkeling tampak melayang-layang botol bekas air mineral di antara terumbu karang. Ini ilustrasi yang mengerikan tapi ini benar terjadi.

Tak berlebihan jika pengelola memberikan perhatian yang lebih soal sampah. Kotak sampah ditempatkan dengan jarak yang berdekatan, secara teratur petugas memeriksa kotak sampah. Tak lupa papan peringatan ditempatkan di beberapa sisi pulau. Ada larangan keras untuk membuang sampah di laut.

Menjaga Keseimbangan Alam

Untuk dapat menginap di sini setidaknya harus melalukan pemesanan beberapa bulan sebelumnya karena jumlah kamar yang terbatas. Namun demikian  pengelola tidak berniat untuk menambah jumlah kamar, karena dikhawatirkan jika terlalu banyak orang akan mengganggu keseimbangan alam.

Memang ada sisi komersial yang harus dikalahkan jika berbicara tentang ramah lingkungan. Akan banyak investasi yang dikeluarkan untuk menjaga agar alam tetap seimbang. Terkadang pengelola harus menahan diri, memberikan ruang kepada  habitat asli pulau Kanawa.

Namun berada di pulau sepi tanpa listrik dan sinyal telepon akan memberikan sensasi berbeda. Bayangkan setiap pagi , dibangunkan oleh suara kicauan burung. Setiap hari bisa bermain dengan  biota laut di balik jernihnya air laut bagai kristal. Namun yang paling seru trekking di atas bukit berburu keindahan tertinggi sambil sesekali bersembunyi menghindari kambing liar muncul

Alam memang telah menyediakan banyak anugrah kepada manusia namun terkadang manusia tak ramah kepada alam. Saatnya hidup berdampingan dengan alam , menikmati alam dengan cara yang bijak melalui  resor atau penginapan ramah lingkungan.

Anda jenuh dengan pekerjaan dan ingin berlibur. Mari ke pulau Kanawa , inilah saatnya menjauhkan diri sejanak dari keramaian kota, lalu menyapa sepi dan menyatu dengan alam.

Video perjalanan penulis ke Pulau Kanawa dapat dilihat di sini http://www.youtube.com/watch?v=WwBQ3AGiMlo

HOW TO GET THERE & TIPS

– Setidaknya ada beberapa kali penerbangan dalam sehari dari Depansar menuju Labuan Bajo. Namun antara bulan Desember-Februari , saat cuaca buruk penerbangan bisa ditunda berhari-hari.

– Pilihan transportasi darat bisa menggunakan bus dari Depansar-Lombok-Sumba-Labuan Bajo, menghabiskan waktu 2 hari 2 malam.

– Transportasi dari bandara Komodo sampai ke kantor Kanawa Island (di depan hotel Gardena) menggunakan ojek sepeda motor 20 ribu rupiah dan taksi 50 ribu rupiah.

–  Jadwal keberangkatan kapal Labuan Bajo-Kanawa pukul 12:00, kepulangan Kanawa-Labuan Bajo pukul 08:00. Lama penyebrangan  kira-kira satu setengah jam.

– Sekarang kapal tidak gratis lagi, sekali jalan dikenakan biaya 100 ribu rupiah.

– Jika setelah menginap di Kanawa ingin lanjut hopping island ke Rinca atau Komod, bisa saja janjian dengan kapal yang sudah dipesan agar dijemput di Kanawa.

– Paket menginap di Kanawa hanya menyediakan sarapan Untuk makan malam dan siang dapat dibeli di resto. Agar berhemat bisa membawa makanan sebelum menginap.

~Selesai~

Tulisan ini diikutsertakan Blog Competition Pesona Eco Resort yang didadakan oleh Kompasiana dan Kementrian Pariwisata.

32 tanggapan untuk “Menyapa Sepi Pulau Kanawa”

  1. Indonesia memang indah.. 36 tahun? Perjalanan..negara tropis memang indah.banyak orang iri tentang keindahan dan kesuburan negara kita

    Suka

  2. owaah ini tempat impianku dari kapan tau tapi belum terealisasi 😦
    semoga aku dikasih rejeki buat lekas kesini 🙂
    Aku pengen pegang Komodo,
    pengen muter-muter pulau sampe puas.

    Suka

  3. NTT emang keren pesona alamnya..
    Menurut saia sendiri kondisinya yang masih sepi menjadi nilai plus tersendiri..

    Sebuah dilema sih, di sisi lain ada harapan supaya kunjungan wisatawan semakin ramai sehingga dapat menjadi pilar ekonomi yang menyejahterakan masyarakat setempat.. Tapi nanti suasana sepinya bakal hilang..

    Semoga tidak ada masalah “sampah” yang biasanya menyertai ramainya kunjungan wisatawan ke suatu destinasi..

    Disukai oleh 1 orang

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar