Malaysia, Travelling

Behind White Box – Johor Bahru Arts Festival 2015

Ada kotak putih di balik alam semesta, namun untuk sampai ke sana kamu harus melewati  rimba nusa tak berdaun. Dahan-dahan PVC meranggas tak pernah melahirkan  tunas apalagi pucuk.  Itulah gambaran hutan  beton, dimana pipa paralon merayapi hampir setiap bagian bangunan di kota . Saluran pembuangan, limbah  hingga air bersih tumbuh subur laksana dahan dan ranting

Angan saya tergelitik menyaksikan pameran Johor Bahru Art Festival di Madini Mall. Niatan mengantar teman bersenang-senang ke Legoland terusik.

“Jam setengah empat janjian di sana ya!”, tangan saya menunjuk mural bertajuk Friendship Wall.

“Beneran ngga ikutan masuk.”

mobile planetorium - tempat mengintip alam semesta
mobile planetorium – tempat mengintip alam semesta

“Ngga deh , aku mau masuk ke sana saja.” Menunjuk beberapa ruang pamer di antara toko.

Peforma Steve Thornton and Friends nanti malam menandai berakhirnya 12th Johor Bahru Arts Festival 2015. Gelaran sebulan penuh yang merangkum seni pertunjukan, pameran dan aktivitas keluarga dalam satu tempat.

Banyak anjungan yang bisa dijadikan persinggahan untuk  melihat dunia seni antara Malaysia dan Singapura seperti : Transit by Edwin Ko, pameran foto yang merekam ekspresi wajah  penumpang MRT (Mass Rapid Transit) di Singapura. Namun kotak putih di dekat Rimba Nusa karya Suzy Sulaiman terasa lebih menggoda.

Rimba Nusa karya Suzy Sulaiman
Rimba Nusa karya Suzy Sulaiman

Ada pintu yang memisahkan ruang, ada juga yang memisahkan waktu. Dimensi terkadang terasa begitu abstrak, hanya mereka yang berotak cerdas mampu menalar dimensi  tidak hanya dua atau tiga.

Pintu mengantar saya memasuki white box, menyapa hewan berkaki empat dan bertelinga panjang . Mereka tidak mengonggong atau mengembik, hanya menampilkan simbol dalam konfigurasi yang tak dimengerti orang awam.

“Hai manusia , apakah kamu selalu menjadi pengikut?”

“Jika pemimpimu mengembik kamu mengembik. Jika pemimpinmu menggonggong, kamu menggongong.”

“Tapi sayangnya pemimpin kami diam, jadi kami memutuskan untuk diam.”

binatang berkaki empat dan bertelinga panjang
binatang berkaki empat dan bertelinga panjang

Adeputra Masli, seniman kelahiran Batu Pahat Johor 45 tahun yang lalu  menampilkan simbol  dengan karya seni membuat saya tersenyum satir. Terkadang politik terlalu getir untuk diumbar dengan kata-kata, apalagi negeri jiran. Tak mampu berekperesi dengan kata, para seniman menggunakan media karikatur untuk mengekspresikan rasa.

Adeputra Masli - Karikatur dalam warna-warni
Adeputra Masli – Karikatur dalam warna-warni

Butuh perenungan panjang untuk memahami karikatur, apalagi jika tak paham suhu politik. Ambil termometer lalu tempelkan di nalar terdalam mu, baru lihat karya seni dari sisi lain. Tahu artinya gambar ini?

menikmati karya seni butuh perenungan
menikmati karya seni butuh perenungan

Karya seni juga bentuk ego lain seniman, sesungguhnya tak ada yang mampu memaksa mereka membuat apa. Jika ada pesanan atau permintaan dari luar, sesungguhnya ada tawar menawar antara materi dan hati nurani.

Jangan salahkan  Wong , seniman kelahiran Johor Bahru yang selalu menggambar indahnya masa kanak-anak. Kenangan masa lalu menuntunnya menerobos ruang dan waktu untuk kembali ke masa lalu melalui goresan cat minyak di kanvas.

indahnya masa kecil dalam goresan cat minyak di atas kanvas
indahnya masa kecil dalam goresan cat minyak di atas kanvas

Jika Wong terobsesi dengan masa kecil maka Tan terlanjur jatuh hati dengan goresan sketsa wajah. Iya hanya goresan tipis, tebal , rapat , jarang  yang membentuk wajah manusia. Ekspresinya? Hanya Tan yang tahu ia mau membuat apa, senang atau sedih. Tapi nampaknya Tan lebih suka memberikan ekspresi datar. Mungkin di situlah nilai keindahan manusia, tak ada tipuan cantik dalam senyum mengembang.

Calvin Yew, tukang foto jalan-jalan memberikan sentuhan berbeda di karyanya. Jika kebanyakan  travel fotografi tak banyak melibatkan model. Kali ini Calvin menempatkan model berpakaian kuno China dalam setiap karyanya. Seolah ada jiwa lain yang bergerak mengikuti kemana langkahnya pergi.

ada yang mengikuti Az Zew kemanapun ia melangkah
ada yang mengikuti Az Zew kemanapun ia melangkah

Kita  akan terperangah melihat foto cantik dalam balutan gaun putih pernikahan. Ya, Az Zew paling tahu merekam keindahan wanita di hari spesial. Tapi dimana keindahan itu sekarang, wajahnya tak terlalu cantik , ada juga yang tak terlihat wajahnya. Hanya lentingan gerak ekspresif penari. Keindahan tidak hanya di garis wajah atau siluet lekuk tubuh, tapi tak kala lensa mampu merekam keindahan yang tak pernah terpikirkan oleh manusia.


Saya masih berdiri di kota putih mengamati dimensi karya seni di setiap sudutnya. Tak banyak individu berjajar menikmati meski gratis.

Tapi pria itu setia duduk bersama dua buah hatinya. Sejam, dua jam, empat jam, hingga jam menggenapi sore ia tak beranjak.

Penasaran saya amati lebih dalam. Siapakah yang ia nanti?

ini bukan karya seni
ini bukan karya seni

Tak berapa lama wanita berkerudung panjang muncul dari balik bilik. Tangannya memeluk buku besar bertuliskan “Hennaventurous Workshop.”
Sekali lagi saya termenung di white box merenungi karya seni Tuhan yang Maha Agung. Cinta. Membuat lelaki meluruhkan egonya, memberikan ruang seluas-luasanya bagi wanita untuk belajar.

2

23 tanggapan untuk “Behind White Box – Johor Bahru Arts Festival 2015”

  1. kyaaa, terima kasih udah nulis tentang pameran ini, kak ..
    jujur, kemaren agak penasaran dengan apa yang digelar di dalam ..
    hehehe ..

    kapan-kapan jalan-jalan bareng lagi yes .. 😉

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar