Sumatra Barat, Travelling

Menggoda Adrenalin Bukit Gado-Gado

Menantang adrenalin di puncak Gado-Gado kota Padang
Menantang adrenalin di Bukit Gado-Gado kota Padang

“Kata-kata adalah doa…”

Sebulan sebelum Ramadhan saya berangan dapat mengunjungi ranah Minangkabau untuk bersilaturahmi dengan  rekan-rekan Backpacker Padang (baca kisahnya di sini )

Doa itu dijabah Allah. Minggu ketiga bulan Ramadhan saya pun kembali sejenak menyentuh bumi Andalas. Tak hanya memuluskan niat menyambangi ikon baru kota Padang, Masjid Raya Sumatera Barat.  Tapi menggoda adrenalin di atas langit Pantai Air Manis.

***

“Mas besök saya latihan gantole di Bukit Gado-Gado. Mau cobain paralayang nggak?” Celoteh Riko, salah seorang anggota Gank Tante yang hingga saat ini belum resmi ditabiskan.

“Memang bulan puasa bisa?”

“Meski puasa kita tetap latihan sekalian ngabuburit.”

“Ayo Danan. Kita Gank Tante udah nyobain lho dua tahun lalu. Masa kamu belum.” Lilia membakar semangat saya dengan sindiran.

“Nggak apa-apa. Bulan kemarin saja aku latihan gantole gagal landing terus nyangkut di atas pohon empat meter masih tetap sehat. Padahal nunggu SAR 4 jam.”

“Empat jam tergantung di atas pohon? “

“Iya…  cuma dehidrasi aja karena kebanyakan nyanyi lagu dangdut. Kasih hiburan gratis teman-teman di bawah yang panik sekaligus menghibur diri.”

Penggila olahraga ekstrim seperti Tante Riko mungkin tidak  memiliki rasa takut atau jera. Meski pernah patah tangan atau tergigit ular ketika mendarat saat gantole nyalinya tak pernah menciut.

Persiapan sebelum paralayang - bokong aku besar ya :D
Persiapan sebelum paralayang – bokong aku besar ya 😀

Jelang siang matahari bersinar tepat di atas kota Padang. Panasnya menggelora seolah akan menuntaskan seluruh cairan di dalam tubuh. Beruntung siang ini rekan dan kerabat di kota Padang mengantar saya ke Bukit Gado-Gado dengan mobil. Rasanya seperti parjurit yang akan maju ke medan perang.

Di Bukit berparas indah Tante Riko sudah menanti. Bibirnya terlihat pucat,  usai melanglang buana di angkasa kondisi fisiknya terlihat drop. Pasti butuh tenaga ekstra untuk berlari sebelum lepas landas dalam cuaca panas seperti ini. Sayap artifisal gantole cukup berat sebelum membumbung di udara.

“Kenalkan ini Bang Heri.” Riko memperkenalkan pria berperawakan sedang.

“Badan sebesar sepert  saya bisa terbang dengan paralayang?”

“Bisa…” Bang Heri tersenyum penuh misteri. *jeng-jeng*

Dayang-dayang yang megangin parasut bukan gaun
Dayang-dayang yang megangin parasut bukan gaun

Saya terkesima melihat seorang penggemar paralayang berusia paruh baya lebih melanglang buana sendiri di angkasa. Proses tinggal landas memang tak berjalan mulus tapi tiba-tiba angin bersahabat dan “wushhhh….” Tubuhnya melenting tinggi di udara.

“Ayo cepat kenakan helm dan sabuk. Mumpung angin bagus.!” Bang Heri berteriak.

Bagai model di belakang panggung tetiba semua orang sibuk mendadani saya dengan helm, body hardness hingga tali temali yang menjuntai ke ujung parasut. Dalam hitungan menit tubuh saya dan Bang Heri berpadu dalam satu ikatan tandem.

Perjuangan - Tarik aku... tarik aku....
Perjuangan – Tarik aku… tarik aku….

“Nanti di ujung tebing jangan lompat tapi membuat tolakan sejauh-jauhnya.”

“Jangan ragu untuk berlari ke ujung tebing dengan cepat.”

“Deg!” Lari ke ujung tebing lalu membuat tolakan sejauh-jauhnya ke udara. Memang saya Supermen. Keraguan terbersit tapi buru-buru saya hapus.

Lupakan. Yakinkan diri bahwa saya bisa. Mohon petunjuk yang Maha Kuasa.

Allah lindungi hambaMu yang berpuasa ini beraparalayang. Jika seandainya penerbangan ini tak berjalan mulus , saya iklas nyangkut di atas pohon asal jangan jatuh ke tanah .

Saya belum kawin Allah, saya belum mau mati muda. Jika disuruh memilih saya lebih siap jatuh cinta daripada jatuh ke bumi.

Berat saya 95 kg , jika dikalikan dengan percepatan gravitasi bumi dan ketinggian maka berapa gaya tumbukan yang diterima bumi? Itu cukup berat dan menyakitkan.

Seandainya harus menunggu tim SAR selama 4 jam di atas pohon. Saya siap bernyanyi tapi bukan lagu dangdut.

Note: Doa di atas diucapkan di dalam hati dengan khusuk dan tidak dalam bentuk tulisan di laman facebook.

Akhirnya aku melayang di udara
Akhirnya aku melayang di udara

“Wush….” Angin kuat berhembus dan kamipun berlari. Namun sayang ternyata arahnya agak memutar , sayapun sempat terpelanting jatuh. Beruntung Bang Heri cukup piawai, angin salah arah mampu ia memanfaatkan sebagai kekuatan.  Sekali hentakan parasut kami meluncur ke bibir tebing lalu melayang bebas.

Pelabuhan Teluk Bayur
Pelabuhan Teluk Bayur

Semua terasa begitu cepat, secepat denyut jantung yang semakin  menggila bersama luncuran hormon adrenalin. Rasa takut sejenak berubah menjadi kesenangan luar biasa, tepatnya kegilaan. Saya berteriak tanpa henti menikmati kegugupan dan rasa takut ekstrim.

Lesatan ke angkasa   berlahan   menjadi ayunan lembut turun ke bawah. Angin sedang bersahabat, menurut Bang Heri kecepatan sekitar 15 knot jadi kami tidak langsung turun ke bawah.

Pantai Air Manis dan pulau Pisang
Pantai Air Manis dan pulau Pisang

Garis panjang pantai Air Manis kami susuri , sesekali kembali melenting ke arah selatan mengintip pelabuhan Teluk Bayur. Saya memang tak pernah menyangsikan keindahan alam Sumatra Barat tapi keindahan seperti ini memang tak banyak dilihat orang. Ah jangan jumawa Danan, setiap hari burung melihat pemandangan seindah ini.

Pantai Air Manis di antara gugusan bukit
Pantai Air Manis di antara gugusan bukit

Perkampungan tepi pantai Air Manis terlihat menggoda, rimbunan kebun kelapa dan pantai berpasir terlihat kontras ditambah liukan ombak berbuih putih berderai-derai.

“Kita akan mendarat di sana.” Bang Heri menunjukan lingkaran besar di tepi pantai

“Sekarang?”

“Bersiap ya.”

Berlahan kami meluncur ke bawah lalu kembali menjejakan kaki di bumi. Meski pendaratan sempurna ternyata angin pantai  menghentak parasut dan menarik ke belakang. Tak Kuasa menahan kami jatuh lalu terseret sekitar satu meter. Beruntung tak ada yang cedera, hanya suara karung bedebum kencang lalu meninggalkan jejak garis panjang di pantai.

Berdiskusi setelah mendarat
Berdiskusi setelah mendarat

Sore ini pantai Air Manis terlihat sangat indah , pantulan gemilang mentari berpendar di atas riak air seolah turut bergembira. Anak-anak pantai berlarian ke pulang pisang terlihat dramatis dalam gerak lambat, slow motion.

Jika hati bahagia, sesuatu yang biasa-biasa saja terlihat luar biasa dalam alur dramatis. Sambil menanti rekan menuju  pantai berbincang dengan Bang Heri. Ternyata ini pengalaman pertamanya membawa penumpang berbobot  di atas 90 kg. Ternyata beliau menyimpan kekhawatiran sebelum lepas landas (simak video wawancaranya di sini). Idealnya beban total penumpang, awak dan peralatan tidak boleh di atas 200 kg. Sedangkan parasut , body hardness dan tali bobotnya belasan kilogram, ditambah awak dan penumpang super tambun total saja sendiri.

Bang Heri yang membawa saya terbang
Bang Heri yang membawa saya terbang

“Gimana Mas.” Riko menyalami saya

“Luar biasa… Seru!!! Bisa berteriak di udara melepaskan semua beban.”

“Mau yang lebih seru lagi?”

“Mau!!! Eh memang ada? Paralayang di atas danau Maninjau ya”

“Bukan parayalang tapi terjun bebas. Bang Heri bisa juga lho tandem terjun payung.”

“HAH?”

~Selesai~

Tergoda puncak gado-gado
Tergoda Bukit gado-gado

 

 

24 tanggapan untuk “Menggoda Adrenalin Bukit Gado-Gado”

  1. Ikut ngakak baca celotehan-celotehan bernada kecemasan saat terbang itu 😀
    Tapi syukurlah, terbayar dengan kesenangan ya Mas. Itu Teluk Bayur seperti yang dinyanyikan Ernie Djohan kah? Cantik sekali dari atas, benar seperti kata Mas Danan, bahkan saya pun iri dengan burung yang setiap waktu terbang melihat bumi dari angkasa 🙂

    Suka

      1. Saya lahir 1991 Mas, tapi sejak kecil sering dengar Ibu nyetelin lagu qasidah, nicky astria, nike ardilla, malaysia, rhoma irama, rita sugiarto, meggy z sama teluk bayur ini 😀

        Suka

  2. Saya gagal naik paralayang karena tiada angin plus berat badan melampaui kapasitas jadi iri bangetlah diri ini dengan pengalamanmu mengudara Bang :hihi. Keren sekali pantainya kalau dilihat dari atas seperti itu! Teluk Bayur yang termashyur, pengalaman berbeda bisa melihatnya dari ketinggian :hehe. Nah, itu sudah diajakin tandem terjun payung dan terjun bebas Mas :hihi. Ayo dijajal…

    Suka

  3. Lucky you, brother!
    Besok sorenya setelah kamu terbang itu aku ada di tempat itu juga.. bukan buat ikut-ikutan terjun paralayang, cuman mau silaturahmi ke Malin Kundang aja kok 😀

    Suka

    1. aku malah baru kali itu ke pantai air manis… kata beberapa temen pantainya ngga terlalu cantik. ya kalo orang padang bilang biasa aja, tapi tetep yg baru pertama kali bagus. makanya pake drama shooting naik mobil, lari2an dari pulau pisang <~~~ niat bener ya

      Suka

      1. Kemaren aku juga beberapa kali sih dibilangin gitu ama penduduk setempat, waktu aku bilang mau ke Pantai Air Manis.. Katanya pantainya kotor, gak bagus, dan bla bla bla.. Tapi tetep aja aku pengen kesana.. Pan kita mau meet up ama Malin Kundang, huehehehe…

        Suka

  4. hahahaahahahahahaa, ngakak pas baca doa2 ini :

    Saya belum kawin Allah, saya belum mau mati muda. Jika disuruh memilih saya lebih siap jatuh cinta daripada jatuh ke bumi.

    Berat saya 95 kg , jika dikalikan dengan percepatan gravitasi bumi dan ketinggian maka berapa gaya tumbukan yang diterima bumi? Itu cukup berat dan menyakitkan

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar