Lomba, Singapura, Travelling

Jalur Narsis Singapura

Solo Traveling -  Eksis itu butuh triport dan tongsis
Solo Traveler – eksis itu butuh triport dan tongsis

Singapura identik dengan wisata ceria bersama. Konon hampir semua tempat di Singapura “instagram able”, artinya layak diunggah di instagram karena indah. Jadi tidak mengherankan destinasi ini menjadj tujuan  netizen tua dan muda . Tapi bagaimana kalau jalan sendiri alias solo traveling. Apakah Singapura tetap menarik?

Ketika berada di tempat asing sendiri intuisi menuntun manusia untuk berinteraksi dengan manusia lainnya, karena sesungguhnya kita adalah mahluk sosial. Meski status kamu jomblo asal mau membuka hati pasti dapat teman di perjalanan.

Singapura menjadi salah satu tempat yang layak untuk solo traveling karena moda transportasinya. Kamu ngga harus patungan sewa mobil atau jalan bergrup untuk menuju destinasi wisata, apalagi naik ojek. Masa  mau solo traveling kemana-mana dianter tukang ojek, sambil mendekap erat pinggangnya. Modus ah.

Destinasi kali ini saya beri nama “Jalur Narsis Singapura” karena tujuannya memang untuk bernarsis ria di beberapa ikonik negeri singa.

Karena saya sekarang ada di Batam maka perjalanan dimulai dari pelabuhan Harbour Front. Jika kamu dari bandara Changi jangan khawatir, langsung saja naik MRT jurusan Joo Koon lalu transit Outram Park sebelum menuju Harbourfront. Butuh panduan ke Singapura dari Batam, simak video di bawah.

Perlengkapan wajib yang harus dibawa adalah kamera, tongsis, triport, smartphone, tabir surya, alas kaki , wardrobe keren dan botol minuman. Jangan lupa download aplikasi MRT dan peta yang bisa diaktifkan tanpa internet alias offline.

peta MRT Singapura
peta MRT Singapura

Vivo City – Jaraknya hanya sepelemparan batu dari Harbourfront, dari sana langsung ke Universal Studio Singapura dengan menggunakan monorail bertarif 3 dollar Singapura.

vivo city - mall di sebelah Harbour Front
vivo city – mall di sebelah Harbour Front

Universal Studio Singapura – Wahana yang berada di pulau Sentosa menjadi destinasi wajib setelah patung Merlion. Berfoto tak perlu masuk area permainan bertarif 62 dollar. Modal smartphone dan kesabaran tingkat tinggi kamu sudah bisa eksis di USS.

Globe Biru - Tak pernah sepi pengunjung namun wajib disambangi
Globe Biru – Tak pernah sepi pengunjung namun wajib disambangi

Raffles Place – Sebelum ke stasiun MRT Harbourfront kembali dahulu ke Vivo City dengan menggunakan monorail. Dari stasiun MRT Harbourfront transit di Outram Park lalu melanjutkan perjalanan ke jalur hijau. Setelah stasiun Tanjong Pagar akan sampai di Raffles Place.

Raffles Place - taman di tengah gedung tinggi menjulang
Raffles Place – taman di tengah gedung tinggi menjulang

The Arts House – Langkah sedikit lebih panjang. Menyebrang Battery Road sebelum ke jalan  Fullerton, lalu melintas Asian Civilastion Museum dan Victoria Theater sebelum sampai di The Arts House.

The Arts House
The Arts House
samping The Arts House
sisi lain The Arts House

City Hall – Bangunan berkubah hijau membentang di jalan St Andrew. Mata pecinta arsitektur benar-benar dimanjakan di kawasan ini

City Hall di Jalan St Andrew
City Hall di Jalan St Andrew

Lapangan – Rasanya  terlalu jauh dari Merlion, ikon utama Singapura. Agar kembali ke jalan yang benar berjalan menembus lapangan hijau tempat latihan cricket  lalu menyusuri taman kota.

Lapangan Cricket di depan City Hall
Lapangan Cricket di depan City Hall – di ujungnya ada yang berlatih Cricket (zoom in)

Merlion – Setelah menyebrang satu blok akhirnya sampai di ikon Singapura. Meski perjalanan cukup melelahkan tapi terbayar dengan melihat singa dengan air mancurnya.

Merlion ikon Singapura
Merlion ikon Singapura

Marina Bay – Pemandangan teluk Marina dengan latar belakang Marina Bay Sands tak boleh terlupakan, karena hanya dapat dilihat dari sisi ini.

Teluk Marina berlatar belakang Marina Bay Sands
Teluk Marina berlatar belakang Marina Bay Sands

The Fullerton Bay Hotel – Letaknya yang strategis  tidak mengherankan hotel di tepi teluk ini menjadi incaran wisatawan. Meski hanya untuk berfoto di berandanya saja.

The Fullerton Bay Hotel
The Fullerton Bay Hotel

Bay Front – Kembali memanjangkan langkah dengan menyusuri tepian teluk , menuju Bayfront. Dari sisi ini terlihat deretan gedung menjulang.

Bay Front  -  gugusan gedung menjulang
Bay Front – pemandangan gugusan gedung menjulang

Marina Bay Sands Mall – Saatnya berteduh dan merasakan angin penyejuk udara sambil windows shopping. Berfoto di depan toko barang bermerek seperti Hermes atau Chanel tidak ada yang melarang.

 Mall - saatnya foto ala sopha holic
Mall – saatnya foto ala sopha holic

Marina Bay Sands Hotel – Jalan pintas menuju Garden by The Bay. Bangunan seperti kapal ini merupakan ikon kota Singapura. Jadi jangan lupa untuk berfoto di depannya.

Marina Bay Sands Hotel - ikon Singapura
Marina Bay Sands Hotel – ikon Singapura

Garden by The Bay – Akhirnya sampai di titik terakhir , saatnya meluruskan kak di bawah Super Tree. Tapi jangan cepat-cepat pulang, setidaknya kamu harus pulang setelah pertunjukan lampu Super Tree usai.

Gardens by The Bay
Gardens by The Bay
Super Tree di malam hari (jangan lupa saksikan video)
Super Tree di malam hari (jangan lupa saksikan video)

Malam Bayfront – Perjalanan hari ini jelas melelahkan tapi rasanya sayang jika tidak menyaksikan Bayfront di malam. Mari memanjangkan langkah sejenak biar eksistensi lebih sempurna. Foto dengan latar belakang Bayfront dan pendar lampu.

Bayfront malam hari sayang dilewatkan
Bayfront malam hari sayang dilewatkan

Tak perlu mengukur berapa jauh perjalanan yang telah dilalui. Jujur saya lebih suka menikmati traveling dengan berjalan kaki karena waktu terasa lebih lambat dan bisa mengamati apa yang ada di sekeliling dengan seksama. Itinerary menjadi lebih fleksibel tak perlu berdiskusi dengan orang lain untuk mengubah rencana perjalanan. Solo traveling bisa di jadikan me time bagi mereka yang jenuh dengan rutinitas pekerjaan.

jalur narsis Singapura - siapkan kaki untuk menjalaninya
jalur narsis Singapura – siapkan kaki untuk menjalaninya

Berhubung hari sudah malam saatnya beristirahat. Beberapa hari yang lalu sudah memesan penginapan di kawasan China Town melalui Travelio.com. Tapi lucu, pesan hotel ada pilihan menawar harga kamar.  Dari harga Rp 2.211.000,-  diberi potongan harga menjadi Rp 1.800.000,- , sudah termasuk pajak. Ternyata bukan beli cabe di pasar  bisa ditawar , pesan kamar hotel online juga  bisa ditawar. Saya pikir ini adil karena memberikan kesempatan kepada konsumen untuk mendapatkan harga terbaik.

plihan jatuh ke Hotel Scarlet di China Town
berencana menginap  di  Hotel Scarlet , China Town

Satu lagi yang saya suka dari Travelio.com. Meski hotel yang saya pesan di luar negeri tetap harganya dalam rupiah dan tidak harus menggunakan kartu kredit untuk pembayaran.

keuntungan memesan hotel di Travelio
keuntungan memesan hotel di Travelio

Jalur narsis Singapura pun usai, tongsis dan kamera disimpan . Esok hari rencananya sebelum kembali ke tanah air belanja oleh-oleh di China Town . Jalan boleh sendirian tapi tetap ingat dengan kerabat dan teman-teman terdekat.  Selamat liburan teman!

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

 Tulisan ini diikutkan dalam lomba “Travelio #YourTripYourPrice Solo Traveling Blog Competition”  yang di-host oleh wiranurmansyah.com  dan disponsori oleh Travelio.com

Foto dan video di artikel ini sepenuhnya milik penulis @dananwahyu.

23 tanggapan untuk “Jalur Narsis Singapura”

      1. Kemaren sepupuku ada yang foto rame2 bertiga di pinggir tebing, kesaut ombak, semuanya meninggal. Kecuali satu orang, mungkin yang ambil foto. Rasanya kalau ambil foto lebih baik tanpa muka kita deh daripada ada apa-apa.

        Suka

  1. Singapura keren, ya… bangunan kolonialnya tetap terjaga asli. Sekarang digunakan untuk apa, ya? Apa masih sebagai kantor pemerintahan? Hei, di samping Arts House juga ada patung gajahnya, seperti Museum Gajah :hehe.
    Good luck buat lombanya, Mas :)).

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar