Kepulauan Riau, Travelling

Menyesatkan Diri ke Nongsa

terjebak hujan di pantai Nongsa
terjebak mendung di pantai Nongsa

Bukan Batam namanya jika cuaca bisa diramal. Hujan sehari menghapus kemarau setahun tak berlaku di sini. Jika sekarang matahari bersinar terang, bisa jadi menit berikutnya hujan badai  turun bukan mimpi. Cuaca penuh PHP bagai cinta berjanji ingkar. Cuih!

 

Minggu ke dua bulan di Ramadhan melangkahkan kaki menuju timur laut pulau Batam. Konon angkutan kota berwarna pink akan mengantar ke Nongsa. Kampung tua yang kini terkenal menjadi kawasan  resort bergengsi kota Batam.  Tujuan kali ini jelas bukan ke piknik cantik ala Syahrini  tapi backpacking ke  pantai umum yang  terselip di antara resort dan lapangan golf.

Backpacker soleh pun diuji. Saya diturunkan di Batu Besar oleh  supir dengan alasan angkot  tak sampai Nongsa. Terus ke pantai Nongsa bagaimana caranya?

“Itu terserah ente, namanya juga ujian. Masa mau nyontek jawabannya.” Suara gaib terdengar.

Karena uang saku pas-pasan dan agar lebih dramatis maka berjalan kaki .  Tak pernah mau tahu berapa jaraknya tapi setelah 1.5 jam tak ada tanda-tanda pantai atau aroma laut.

“Tuhan tunjukan jalan yang benar…” Hening tak ada jawaban.

Sekali lagi mengandalkan intuisi (aslinya google map) berjalan menuju pantai. Rasanya jalanan makin sepi, hanya beberapa kendaraan lewat tanpa peduli apalagi berhenti.

La iyalah Mas sepi. Minggu siang bulan puasa, orang-orang pada tidur kaleee.

Berkali-kali mengangkat paha tinggi-tinggi sambil melambaikan tangan. Niatnya cari tumpangan tapi kendaraan  melaju makin kencang. Kayaknya ada yang salah. Ngelirik paha penuh selulit dan betis mirip tukang becak. Ah kurang seksi. Melorotin celana hingga batas pinggul (hipster mode on)

Tiba-tiba sesosok tukang ojek melintas tanpa dikomando berhenti.

“Berapa Mas?” Reflek bertanya pria muda di atas jok motor. Dia terdiam dan bengong.

“Berapa Dik.” Sadar kalau saya lebih tua.

“Hmmm… Tidak saya mau bantu Bapak saja tak usah bayar.”

What!!!  Muka muda gini dipanggil Bapak.Situ ngga lihat hotpants kita?

Meski agak gondok dipanggil Bapak sayapun rela dibonceng Roy. Terserah deh asal boleh nebeng. Jujur ketika anak muda  berkisah tentang darimana ia berasal hati ini makin pedih. Lugas ia berkisah baru enam bulan lalu datang dari Lembata, Nusa Tenggara Timur.

Lembata? Hiks itu kan salah satu destinasi gagal tahun ini. Tawaran menggiurkan menyaksikan berburu paus tahun ini saya lewatkan karena jadwal pekerjaan.

nelayan memperbaiki kapal di pantai Nongsa
nelayan memperbaiki kapal di pantai Nongsa

 

Sukses Roy Lembata mengantar saya ke pantai Nongsa. Tanpa diminta ia memberikan nomor telepon dan berjanji akan menjemput sore ini. Duh makin kagum dengan orang Flores. Mereka itu baik hati dan ramah. Meski berkulit gelap hatinya terang benderang bagai sang surya menyinari dunia. Tapi sayang sekarang mendung.  :((

Gerimis  meluruhakn impian menyaksikan pantai pasir puth dan laut biru. Berteduh di warung seafood membuat iman nyaris goyah. Rasa lapar dan aroma masakan menggetarkan otot perut di pencernaan menimbulkan suara norak. “Kriuk… Kriuk…”

Kayaknya seafood di warung itu murah. Buktinya ramai terus.

Mengalihkan pikiran dan rasa lapar dengan online. Jreng… jreng… sinyal menghilang dan terkena roaming data operator telekomunikasi negeri tetangga. Baiklah lebih baik menyebrang ke pulau Putri saja.

“Maaf Bang,  minimal tiga orang baru bisa berangkat.”

di-PHP tukang kapal dan cuaca
di-PHP tukang kapal dan cuaca
tugu kampung tua Nongsa
tugu kampung tua Nongsa

Terdiam di  sudut pantai menghindari godaan rumah makan seafood  dan sinyal operator negeri tetangga.  Tuhan kuatkan hambaMu. Hujan makin deras , tak ada pengunjung lain dan di-PHP tukang kapal.

“Carter aja Bang. PP tiga puluh ribu.” Saya memilih diam sejenak sok  jual mahal. Akhirnya kami bersepakat dengan dua puluh ribu rupiah.

pulau Putri, pulau terluar nusantara
pulau Putri, pulau terluar nusantara
larangan tak boleh membuang sampah tapi boleh membuang... pikiran
larangan tak boleh membuang sampah tapi boleh membuang… pikiran

Tak sampai 10 menit mendarat manis di pulau Putri yang ternyata salah satu dari 92 pulau terluar nusantara. Dari sini jelas terlihat daratan Singapura, tapi yang paling jelas resort di sepanjang pantai Nongsa. Gugusan bangunan resort warna-warni menyembul di antara rimbun pepohonan. Kapan ya bisa ngemper cantik di sana?

Gugusan awan mendung tak membuat pulau Putri terlihat indah maksimal. Rasa penasaran menuntun saya menyebrangi gosong di sisi timur Pulau Putri. Pulau ini dikenal dengan nama pulau ular. Konon ada legenda setempat mengisahkan kenapa daratan ini dinamakan pulau ular. Bangunan resort terlihat semakin jelas dari sini. Konon di sana terdapat terminal feri Nongsapura, yang mengantarkan wisatawan Singapura ke resort dan lapangan golf di timur laut pulau Batam.

resort di sepanjang pantai Nongsa
resort di sepanjang pantai Nongsa
Singapura terlihat dari pulau Putri
Singapura terlihat dari pulau Putri
kapal karam di pulau Putri
kapal karam di pulau Putri
menyebrang ke pulau ular melalui gosong
menyebrang ke pulau ular melalui gosong
pulau ular di Nongsa
pulau ular di Nongsa

Senja belum menyapa tapi saya teringat Roy Lembata. Berniat mengajaknya makan bersama jelang buka puasa. Untuk menikmati seafood di  pantai Nongsa.

“Maaf Pak saya sedang ke rumah teman di Tanjung Uncang , tak bisa menjemput.” Pesan singkat saya dibalas Roy Lembata.

Terus pulang ke Batam Center naik apa? Hanya Tuhan yang tahu…

Tak seberapa lama keluar dari komplek pantai di tepi lapangan golf Palm Spring tiba-tiba motor berhenti. “Bang kalau mau ke Batu Besar bareng yuk!” Sejenak bingung dan ragu. Dia bukan Roy dan bukan orang yang dikenal tapi tiba-tiba menawarkan tumpangan. Ah mungkin saya yang terkenal (berasa seleb tweet).

Tidak Kakak, dia tidak  kenal  kamu. Kamu kan pendatang di Batam

Saya semakin  yakin Tuhan selalu bersama pejalan dimanapun. Dan semua manusia di muka bumi ini bersaudara. *peluk ransel*

senja menyapa mendung pun surut dan pantai Nongsa semakin ramai
senja menyapa mendung pun surut dan pantai Nongsa semakin ramai
bermain selancar di pantai Nongsa
bermain selancar di pantai Nongsa
Palm spring salah satu lapangan golf di Nongsa
Palm spring salah satu lapangan golf di Nongsa

 

 

 

 

 

 

36 tanggapan untuk “Menyesatkan Diri ke Nongsa”

  1. Singapura dilihat dari Pulau Putri kayak mainan tetris. Gedungnya menjulang silih berganti.
    Wah, amal ibadah Mas bagus berarti, hihi. Atau wajah yang tampangnya memelas dengan mata berkaca? :hihi

    Suka

  2. Tepat sekali, di Batam hujan dan panas bisa bergantian hingga puluhan kali sehari, persis seperti Bogor, setidaknya itu sy rasakkan saat berkunjung ke sana beberapa wkt lalu.

    “Pikiran boleh kotor, tp pulau ini jangan kotor”
    nice caution 🙂

    Suka

  3. minggu kedua di bulan ramadhan. berjalan kaki 1,5 jam belum ada harapan ketemu tempat yg dituju. kebayang kok perjalanannya berat banget yak? kalau saya sih kayaknya sudah batal itu puasanya… 🙂

    Suka

  4. hahahahaha…. lucu baca yg ini..ngebayangin kamu bnr2 mamerin paha di jalan ;p qiqiqiqiqi…

    Itu singapur berasa deket bgt gitu ya…berenang nyampe kayaknya 😀 #SokBisaBerenang

    pantainya sepi ya mas…pantai gini nih yg aku suka…sepi, ga rame turis yg ujung2nya bikin pantai kotor -_-..

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar