Nusa Tenggara Timur, Travelling

Surga Tempat Naga Terakhir Bersemayam

bangga mengibarkan merah putih di Puncak Bukit Kanawa - Taman Nasional Komodo
Bangga mengibarkan merah putih di Puncak Bukit Kanawa – Taman Nasional Komodo

Tengadahkan wajah ke langit jingga biru untuk merasakan hembusan angin dan sinar mentari pagi. Haru sekaligus bangga berdiri di puncak bukit Kanawa, Taman Nasional Komodo. Melarutkan rasa kepada ibu  pertiwi , di bumi tempat naga terakhir bersemayam.

***

Tahun 1911 J.K.H. Van Steyn seorang Perwira Pemerintah Hindia Belanda  melaporkan penemuan kadal raksasa kepada kurator Museum Zoologi Bogor, P.A.Ouwens. Setahun kemudian P.A.Ouwens menerbitkan jurnal bertajuk “On a Large Species from The Island of Komodo”. Konon hewan ini salah satu species yang masih tersisa dari jaman pra-sejarah. Sejak saat itu berbagai pihak mengupayakan menjaga kelestarian Varanus Komodensis Ouwens atau komodo.

Tahun 1938, pemerintah Hindia mengupayakan pembentukan Suaka Margasatwa Pulau Padar, Bagian Barat dan Selatan Pulau Rinca. Melalui Zelfbestuur van Manggarai, verordening No. 32/24 September 1938.

Tahun 2006, pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan SK Direktur Jenderal PHKA Nomor SK.128/IV-Sek/2006 . Perubahan Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor SK.69/IV-Set/HO/2006 tentang penunjukkan 20 (Dua puluh) Taman Nasional sebagai Taman Nasional Model.

Sejak saat itu  perairan laut seluas 132.572 Ha dan daratan seluas 40.728 Ha meliputi: Pulau Komodo, Pulau Rinca dan Padar ditetapkan sebagai Taman Nasional Komodo.

***

Taman Nasional Komodo dari udara
Taman Nasional Komodo dari udara

Mata tak mampu berpaling memandang serpihan pulau kecil dari  udara. Liukan bibir pantai  berpadu kontras sabana kuning dilingkupi lautan biru tua. Seolah memberi salam selamat datang kepada penumpang pesawat

Labuan Bajo hanya titik awal. Godaan di udara tadi jelas memporak-porandakan niat  awal menuju Pulau Komodo. Berbelok  sebentar ke  Kanawa melewatkan satu malam di pulau yang dikelola ekspatriat asal Italia.

Selamat Datang di pulau Kanawa
Selamat Datang di pulau Kanawa

Dermaga kayu menyambut pengunjung pulau Kanawa. Mengajak wisawatan kembali ke alam bebas,  melupakan terang benderang lampu di kala malam. Tinggal di pondok kayu  sederhana pinggir pantai , kapan saja bisa melihat biota laut bebas berenang di laut jernih kemilau. Sebuah kemewahan bagi mereka yang hidup di kota besar.

Kanawa tempat sempurna untuk berlibur
Kanawa tempat sempurna untuk berlibur
kontras - bukit sabana dan lautan biru
kontras – bukit sabana dan lautan biru

Momen paling luar biasa  menyaksikan pertarungan gagak dan elang di puncak bukit usai matahari terbit. Begitu banyak kejutan dan pesona alam pulau Kanawa, namun saya harus melanjutkan perjalanan, menyusuri laut dan darat Taman Nasional Komodo.

pertarungan elang dan gagak di atas bukit Kanawa
pertarungan elang dan gagak di atas bukit Kanawa

Hoping island dan life on boat , aktivitas wajib di Taman Nasional Komodo. Sebelum merapat ke pulau Rinca dan Komodo berkelana menyambangi spot snorkeling Karang Makassar tempat 260 jenis karang dan 70 jenis bunga karang (sponge). Jika beruntung dapat menyaksikan Manta birostris berdiameter 3-4 meter berenang bebas. Sayang sekali kali ini saya tak cukup hoki.  Dan alampun menghibur dengan  terumbu karang warna-warni dan ratusan ragam species biota laut lainnya.

Life on boat, menu wajib yang harus dinikmati di TNK
Life on boat, menu wajib yang harus dinikmati di TNK
terumbu karang warna-warni di Karang Makassar - Taman Nasional Komodo
terumbu karang warna-warni di Karang Makassar – Taman Nasional Komodo

Usai melihat warna biru jingga di dasar laut saatnya merapat ke pink beach . Menyentuh pasir halus berwarna merah muda. Warna ini  berasal dari pecahan alga merah yang bercanpur dengan pasir laut, menghasilkan efek warna merah jambu tertimpa cahaya.

Musibah tak terduga terjadi, saya terseret arus ketika berenang dari pink beach menuju kapal. Beruntung dua bocah bersampan menarik dari arus kuat. Ekosistem perairan Taman Nasional Komodo dipengaruhi oleh dampak El-Nino/La Nina, yang berakibat memanasnya lapisan air laut di sekitarnya dan sering terjadi arus laut yang kuat.

pantai merah jambu di Taman Nasional Komodo
pantai merah jambu di Taman Nasional Komodo
zoom ini pasir pink beach
zoom ini pasir pink beach
dua sahabat penolong
dua sahabat penolong

Petualangan hari ini ditutup dengan menanti sunset di pulau Kelelawar , menyaksikan mamalia bersayap terbang berhamburan di angkasa bagai ribuan anak panah melesat . Sejenak kapal bergerak menuju pulau Lassa dan sauh diturunkan. Kami bermalam di atas kapal , menikmati riak gelombang kecil  buaian alam.

matahari terbenam di pulau kelelawar
matahari terbenam di pulau kelelawar

Jelang hari ketiga , semangat masih berkobar mengunjungi destinasi pamungkas pulau Komodo dan Rinca. Kembali sauh diangkat dan layar dikembangkan, dan petualangan dimulai kembali . Merapat di pulau Komodo, mengambil trek panjang untuk bertemu jargon taman nasional. Komodo melata gagah beringsut sambil sesekali menjulurkan lidah. Meski terlihat lamban hewan ini sangat berbahaya, air liurnya mengandung 60 bakteri dan salah satunya dapat menyebankan keracunan darah.

berlayar di depan kampung Komodo
berlayar di depan kampung Komodo
pemandangan ketika trekking di pulau Komodo
pemandangan ketika trekking di pulau Komodo
bertemu naga tak bersayap
bertemu naga tak bersayap

Pulau Rinca tak kalah memukau. Ranger berkisah populasi komodo di pulau ini lebih banyak dibandingkan pulau Komodo. Jalur trekkingnya lebih “menggoda”. Setelah tanjakan curam , wisatawan disuguhkan pemandangan Teluk Kisam.

Teluk Kisam Pulau Rinca
Teluk Kisam Pulau Rinca

Seharusnya pulau bidadari menjadi penutup . Tapi gelombang besar  membuat kapal tak mampu merapat , nakoda tak mau mengambil resiko. Dari kejauhan memandang pulau-pulau kecil di perairan Taman Nasional Komodo  hingga senja tiba. Matahari terbenam sebentuk tanda alam agar kami kembali ke Labuan Bajo . Meninggalkan surga kecil tempat naga terakhir bersemayam.

Saat kaki menjejak bumi Flores rasa lelah datang. Kak, aku ingin istirahat nyaman di Labuan Bajo. Kalau bisa hotel berbintang yang ada fasilitas spa . Betis indah ini butuh sentuhan tukang pijat usai trekking di Komodo dan Rinca. Dan kulit sawo matang eksotis harus di-scrub guna mengangkat kotoran setelah absen mandi tiga hari. :p  Ada nggak sih hotel berfasilitas maksi dan  ber-rate mini di Labuan Bajo?

“Klik aja Kak?”

“Klik di mana? Di hatiku?”

“Klik  www.klikhotel.com untuk dapat penginapan yang klik di hati dan buget.”

***

Selesai

Video amatir penulis di Taman Nasional Komodo


Bermain air di pantai berwarna merah muda “pink”


Usai menikmati sunset di Pulau Kalong malam ini kami bermalam di depan Pulau Lasa


Pulau Komodo salah satu ikonik propinsi Nusa Tenggara Timur dan kebanggaan Indonesia.


Pulau Rinca , pula dengan jumlah komodo terbesar

  • Video amatir direkam dengan kamera saku Sony DSC-TX10.

35 tanggapan untuk “Surga Tempat Naga Terakhir Bersemayam”

  1. Baiklah mas, akan ku klik hatimu nanti 😀 cakep foto2nya. Paling suka dgn foto elang. Gagah banget pas lagi mengepakkan sayap 🙂 *trus nyanyi lagu dewa yg judulnya elang*

    Suka

  2. Waktu itu saya juga cukup kewalahan menghadapi arus di perairan sekitar Pink Beach, plus itu pengalaman pertama kali snorkeling. Jadi ya gitu deh, panik gak jelas. 🙂 Anyway, di sekitar Pulau Kanawa yang arusnya lebih bersahabat memang pesona bawah lautnya gak kalah bagus. Pertama kali liat hiu, bintang laut warna biru, dan parrotfish yang warnanya seperti pelangi. Ah, jadi pengen balik lagi.

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar