Curahan, Travelling

Backpacker Kok Gendut

Backpacker gendut nahan napas , ups!
Backpacker gendut nahan napas , ups!

“Kamu beneran backpacker kalo off duty?” Tanya teman kerja penuh selidik.
“Iyah…”
“Aneh ya , jalan-jalan gembel kok tetep gendut.”
Sleb… Rasanya sebuah anak panah langsung menohok jantung dan bikin gua terdiam sesaat sambil mikir bahan omongan untuk ngeles.
“Hmmm… Gembel kan bukan berarti nggak makan?” Bertanya penuh retorika sembari mencoba mencabut anak panah yang tertancap dalam.
“Bukan itu maksud gue. Nggak repot ya perut gendut sambil gendong ransel ditambah lagi jalan kaki kemana-mana?” Kali ini rasanya dada berkali kali tertusuk anak panah. -diem nangis dipojokan-.

Nyokap cerita dulu gua terlahir prematur dengan berat 1,9 kg, jadi jauh dari obesitas. Tapi kehidupan dan takdir membuat kadar lemak tubuh gue di atas rata-rata. Sebagai anak bungsu selalu mendapat jatah kasih sayang lebih termasuk asupan gizi.  Akhirnya badan ini kian membesar tak terkendali. Gegara ikut eskul renang dan tae kwon do ketika SMA berat badan turun. Tinggi 173 cm dan berat 60 kg cukup ideal  jadi model  (sayang wajah tidak mendukung). Tapi ketika kuliah kembali menggelembung karena kebanyakan duduk di depan komputer dan brendem di minyak tanah. Sejak itu makin membesar hingga sekarang.

Beragam diet sudah dicoba selalu berakhir dengan rasa lapar berlebih serta balas dendam. Pernah sih turun 10 kg dalam sebulan tapi bukan karena diet…. Dari kejadian ini gua menyimpulkan cara efektif menurunkan berat badan adalah patah hati. Tapi bagaimana mau patah hati lagi wong status jomblo (promosi abis).

Oke lupakan curhatan di atas. Kembali ke topik  utama  backpacker obesitas.

Transportasi
Belum sampai tempat tujuan ojek yang ditumpangin pecah ban. Sekali itu namanya musibah tapi kalau dua kali lebih ada yang salah dengan penumpangnya. Gua cuman bisa menahan gondok sekaligus merasa bersalah.

Dijutekin supir atau kenek angkot sudah biasa, gegara bangku untuk lima orang hanya bisa dimuati empat. Ya udah mas saya duduk di bawah ajah sambil meluk ransel. Kenek langsung senyum sumringah dan teriak, ” angkut satu lagi pir…”

cuma nggaya di pinggir perahu... ngga berani naik taku njomplang
tukang perahu nggak berani mengangkut

Beruntung di Indonesia tidak ada maskapai tarifnya berdasarkan berat badan penumpang.  Seandainya ada, lengkap penderitaan gue tidak diterima langit dan tidak diterima bumi.

Makan
Gendut identik dengan banyak makan, ngga salah juga sih tapi ada kok yang badannya kurus makannya banyak (membela diri). Ini hubungannya dengan metabolisme tubuh, kelebihan karbo yang nggak dipakai tubuh langsung diubah jadi lemak. Maksud tubuh baik sih biar ada cadangan tapi ini cadangannya dimana-mana, pinggang, pipi, perut, paha. Arghhhhh merusak penampilan.

gendut sering dituduh banyak makan

Nyicip  kuliner lokal tapi takut berat badan naik. Kak yang namanya nyicip itu sedikit bukan dua piring apalagi nunggu limpahan piring teman yang nggak habis.  Kalau perlu cuma sesendok atau difoto saja , tapi apa sanggup? -colek perut gendut-.

Tempat Tidur
Bukannya sombong atau sok tajir ketika di Petaling Malaysia gua mengurungkan diri untuk tidur ramean di wisma backpacker.
Yang tersisa hanya satu kasur di tingkat dua , pas gua naik seluruh ranjang bergetar. Bule di ranjang bawah diem tapi mukanya khawatir banget. Gua coba selonjoran tapi setiap gua gerak suara pegas kasur berdecit menjerit kaya kejepit.
Membawa sleeping bag kemana saja menjadi jawaban dilema di atas. Dengan tidur di lantai gua nggak akan membuat orang ketar ketir akan terjadi gempa lokal.

Tapi Paling apes kalau tidur di bandara sering disangka karung besar. “Mas… Mas… Saya mau dibawa kemana?” Tubuh gue sudah di atas trolly barang.

Foto
Meski ada aplikasi 360 derajat yang mampu memberi efek pipi setirus papan cucian gua tetap nggak merekomendasikan. Selain nipu orang lain , loe nipu diri sendiri.

Meski kadang terlihat anti sosial gue lebih senang difoto sendirian dibandingkan rame-rame. Akan terjadi komparatif visual, yang terjadi ketika loe difoto bareng mereka berbadan langsing.

komparasi visual - ini gendut , itu langsing
komparasi visual – ini gendut , itu langsing

Tapi gua pribadi lebih senang memfoto alam yang indah dibandingkan diri sendiri. Apalah aku ini Kak, nggak ada indah-indahnya. La aku bukan IDP apalagi Indah Kalalo.

Ransel
Ransel kecil memang jomplang dengan postur bongsor tapi ransel besar sering dimodusin dan kadang dicurigain.
“Hmmm ransel kamu besar kan? Aku nitip barang boleh nggak…”
“Ya udah masukin aja oleh-oleh tadi nanti sampai bandara dikeluarin.”
“Bukan aku mau titip pakaian kotor, kalau ini bisa aku bawa dan masuk kabin kan.” Sambil mendekap kantung makanan dengan tatapan curiga, sesekali matanya zoom-in ke perut buncit.

Oke gua pilih tas sedang walaupun ada sedikit kendala, pas talinya dililitkan ke pinggang nggak sampai. Begitu juga dengan lengannya , berasa pake bra dua nomor lebih kecil. Sesak banget.

Pakaian
Merek lokal susah cari ukuran jumbo, tapi kalau barang impor jangan ditanya asal ada uang bisa dibeli. Duh sombongnya, ya iyalah sekarang gua kan sudah di Batam, bisa belenjong ke Singapur mentok-mentok ke Bengkong , pasar loak di Batam.

nggak dikancingin bukan gaya tapi nggak muat :(
nggak dikancingin bukan gaya tapi nggak muat 😦

Gegara lihat kaos lucu di pasar atas Bukittinggi muncul ide beli kaos kembar untuk foto. Kisah selanjutnya sudah bisa ditebak. Yap benar ukuran gue nggak ada, padahal temen gua Fahmi penunggu pasar sudah mengobrak abrik semua lapak. Akhirnya atas nama solideritas gua memaksakan diri masuk ke kaos imut. Kaosnya memang melar tapi hanya dibagian tertentu. Ditarik ke ke belakang puser nongol ditarik ke depan eh tali g-string ngintip.

perhatikan gambar ini baik-baik (kanan bawah) - sudah seragamnya beda tetep aja kekecilan
perhatikan gambar ini baik-baik (kanan bawah) – sudah seragamnya beda tetep aja kekecilan

Aktivitas Fisik
Ketika akan mendaki Gunung Danau Tujuh banyak yang menyangsikan. Wajar sih secara mendaki gunung butuh aktivitas fisik lebih. Kaki akan menahan beban beberapa kali lipat dibandingkan dengan berjalan biasa. Jantung  akan bekerja lebih keras karena jumlah oksigen yang makin menipis.

Meski sampai puncak namun pada akhirnya gua harus ngesot ketika turun gunung. Ternyata yang terberat bukan mendaki tapi turun, konon beban kaki lebih besar dibandingkan mendaki. Belum lagi masalah keseimbangan tubuh , salah melangkah resikonya jatuh tersungkur atau ngelundung.

Gendut bukan berarti memiliki stamina dan daya tahan fisik buruk tapi dengan bobot tubuh ideal membuat gerak tubuh lebih leluasa dan fleksibel. Aktivitas travelling akan jauh lebih menyenangkan. Bayangkan kamu bisa split atau kayang di atas menara Eiffel.

Mengundang Iba
Orang akan lebih iba kepada mereka yang berbadan langsing (cenderung kurus). Ketika loe duduk sendiri di pinggir jalan pasti orang tidak akan berpikir dua kali untuk memberi tumpangan. Nah kalau gendut, akan terbersit pikiran nanti makannya banyak atau kasurnya nggak muat.

naik gunung pakai sendal gunung
Terlihat langsing? Ini hanya efek kamera dan make up

Dengan perut gendut jalan blusukan kadang dikira pejabat yang sedang menyamar dan pencitraan.  Sebetulnya dengan sedikit acting dan make-up kamu yang gendut bisa disangka busung lapar. Beri shading di wajah agar mata terlihat cekung dan pipi terkesan tirus. Oleskan juga lipstick warna putih untuk memberi kesan pucat

Fisik besar memang bukan kendala untuk menikmati travelling, karena sejatinya ini tentang passion dan cara menikmati hidup. Asal loe merasa baik-baik saja nggak apa-apa sih. Tapi gua pribadi memilih untuk hidup lebih sehat. Karena mereka yang obesitas rentan terkena penyakit darah tinggi dan jantung.  Di usia sekarang dengan pola hidup dan makan yang kurang baik tentu beragam penyakit yang berhubungan dengan metabolisme tubuh dapat datang kapan saja. Padahal gua pengen tetap bisa jalan-jalan sampai lima puluh tahun mendatang.

Jadi obsesi saat ini bukan langsing tapi hidup sehat demi backpacking hingga usia senja.

 

59 tanggapan untuk “Backpacker Kok Gendut”

  1. HHHUUUAAHHAHAHAAHAAHHAHAHAA
    Tulisanmu yg ini mancing tawa banget Om, dari awal sampai akhir 😆

    Memangnya sudah pernah pake bra? Kok tau rasanya pake yg ukurannya 2 nomor lebih kecil?

    Btw, pinter ngras juga ternyata. Tahu teknik shading! Kamu pake contour & bronzer apa Om? #Eh #Ditanyain 😆

    Suka

  2. ish… senasib donk kita jeung…

    jadi ingat dulu naik bajaj, nggak tau kenapa di tengah perjalanan tiba-tiba ban bajaj copot sendiri dan menggelinding entah kemana… walhasil sukses membuat kemacetan karena si bajaj yang malang ini langsung terjerembab dan melintang menghalangi lalu lintas Jakarta yang padat…

    orang-orang banyak berdatangan entah mau memberi bantuan atau sekedar mau nontonin *Indonesia banget deh* dan gue masih shock di dalam bajaj… akhirnya setelah agak tenang, gue keluar dari bajaj… dannnnnn……… pada komentar “PANTES AJA BAN NYA COPOT YANG NAIKINNYA GAJAH”

    **jleb**

    **garuk aspal**

    **gak mo komen**

    Suka

  3. Oalaaah mas Danan, kok tulisannya mengundang rasa pilu kayak gini. *ambil kanebo* Kalo kita ketemu bakalan tanding-tandingan lemak gak ya? #eh.

    Tapi kan mas Danan sudah kemana-manaaaa. Tetep kerenlah. Bikinlah para kurusers sirik mas! hahaha

    Suka

  4. Hahaha ini sungguh menghibur… ehmm tapi blom ada cerita kalo kecibang-kecibung di pantai gimana feel nya, swimsuit yg dikenakan berapa ukurannya kak? 😀

    Suka

  5. Hahaha hehehe, ampun deh. Lucu abis sampai terakhir. Berbagi saran aja, boleh ya, kalau mau turunin berat badan (tapi gak jamin sehat). Saya pernah turun sampai 45 kg dari 55kg padahal tinggi 170cm. Caranya pas puasa cuma makan kurma 2 butir pas sahur dan buka, minum teh manis, dan makan malam 1/2 piring nasi capcay setelah pulang tarawih dan menghabiskan 1/2 sisanya pas sahur. Gak sampai 3 minggu berat turun drastis. Tentu saja pendorong kuatnya bukan diet, tapi faktor ekonomi waktu masih ngekost. Hehehe

    Suka

  6. kamu lucu banget sih mendeskripsikan postingan ini saya ngakak dari atas sampai akhir postingan… akh salut ya … dengan perjuangan travelingnya selama ini dengan begtu banyak tantangan, tenang suami saya berat badannya lebih kok dari kamu 117 kg hahhaaa jadi kamu tuh sangat langsing dibanding MB kok.. ya mungkin beda di tinggi klo MB hampir 2 m jadinya ya sudah mirip tinggi pintu masuk rumah deh.. banyakan lemak di perut sejak di Indonesia sudah turun 17 kg… soal baju haha harus jahit atau ke toko big size atau mesti minta ibunya beliin di kampungnya sono, boro2 beli kaos kembaran kagak akan ada yang muat, cari triple XL mana ada di Makassar…………..nah happy kan sudah ada temannya … yang lebih ribet hihi

    Suka

  7. Wow, salam kenal. Info post gan. Salut buat anak backpacker yang memiliki backpack lebih. Becanda gan.

    Tulisannya keren gan.

    Suka

  8. yak! highlight dari postingan ini adalah statement mu yang ini kak:

    “tidak diterima langit dan tidak diterima bumi”

    berasa ditimpa adzab aja hahahaha
    ngakak baca postingan ini, frresh, jujur, menghibur

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar