Jawa Timur, Travelling

Madura Cultural Trip #8 – Semangat Membesi Aeng Tong Tong

Keris Aeng Tong Tong
Keris Aeng Tong Tong

Tak ada paron dengan api menyala-nyala atau bunga api berpendar di udara ketika dua besi bertumbukan, namun semangat membesi itu tetap ada. Gerinda mesin dan api las kecil menari-nari bersama tangan terampil  mpu Aeng Tong Tong. Luk – lekuk keris- terlihat makin berkarisma bersama larik-larik pamor  bagai urat kayu.

***

Faturahman mpu muda Aeng Tong tong menyambut kami dalam jamuan makan siang penuh kehangatan dan penghormatan.  Sajian khas Sumenep menghampar memenuhi tikar pandan di lantai. Tim Mahakarya Dji Sam Soe kebingungan , sajian apa yang ingin dinikmati lebih dahulu. Semuanya jelas mengundang selera, apalagi ragam seafood  diolah dengan cita rasa orisinal Sumenep. Buah, sayur dan kudapan meramaikan parade panganan siang ini.

begitu datang langsung dijamu
begitu datang langsung dijamu

Tapi yang paling memukau menu kedua.Keris-keris dihamparkan di atas kain putih, lainnya bersandar di  rak kayu. Aura mistis terasa meski tak ada ritual khusus. Faturahman membuka kisah  Aeng Tong Tong dengan sepenggal cerita paguyuban yang dipimpinnya ,  IPKI (Ikatan Pengerajin Keris Indonesia) Megaremeng. Megaremeng adalah nama tunggangann raja Sumenep , Joko Tole berwujud kuda terbang. Secara etimologi mega berarti awan dan remang berarti mendung. Filosofi paguyuban ini ingin tetap berjalan dan lestari meski lambat, alon-alon asal kelakon.

duduk mendengarkan uraian
duduk mendengarkan uraian

Tercatat 554 pengerajin yang bergabung di IPKI Megaremeng  yang  tersebar di tiga kecamatan yaitu Bluto, Saronggi dan Lenteng. Sedangkan Desa Aeng Tong Tong berada di Kecamatan Saronggi.

“Desa Lenteng Barat itu tempat khodokan, menyatukan tiga logam : baja , nikel  dan besi. Tiga unsur logam ditempa jadi satu lalu dibawa ke Bluto dan Sarongging untuk tahap akhir”, urai  Faturahman. Saya baru mengerti mengapa di sini tidak ada paron, tungku api besar.

Ada dua tahap pembuatan keris, yang pertama adalah menyatukan beragam jenis logam . Inti keris terbuat dari  baja yang keras, sedangkan di beberapa bagian merupakan kombinasi besi dengan logam yang  lebih lunak agar mudah diukir dan menyisipkan pamor. Selanjutnya  tahap mengukir dan membentuk keris.


Fungsi keris sebagai alat perlindungan diri bergeser menjadi benda pusaka yang dipercaya memiliki kharisma tertentu. Bahkan beberapa pecinta senjata tajam mengkoleksi dengan alasan keindahan bentuk  yang tertuang dalam definisi dhapur, tangguh, bilah dan pamor. Dhapur merupakan tipe dan bentuk keris merupakan identitas dari mana keris berasal. Sedangkan tangguh merupakan perkiraan kapan keris dibuat, seperti fashion setiap gaya keris menggambarkan era keris dibuat. Bilah berhubungan dengan material , menggambarkan kepiawaian sang mpu menggabungkan beragam jenis logam. Pamor merupakan alur motif dipermukaan keris.


Memenuhi empat unsur di atas harga sebuah keris bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta. Dan untuk  memberi kesan mewah tak segan pemilik keris menyemprunakan tampilan keris dengan emas 24 karat atau gading sebagai gagang dan warangkanya.

Maestro Keris
Meski tak sempat bertatap muka dengan Murka, kami banyak mendapat kisah Sang Maestro Keris  dari Faturahman. Pria kelahiran 1943 mengembalikan pamor industri keris  Aeng Tong Tong. Sejarah mencatat  senjata pasukan Trunojoyo  ketika memberontak terhadap Mataram tahun 1600  merupakan karya Mpu Aeng Tong Tong. Namun paska kemerdekaan RI  keberadaan senjata tradisional sesuai fungsinya sebagai alat perlindungan tak dibutuhkan lagi. Keris-keris terbaik telah banyak dibawa ke Belanda sebagai oleh-oleh atau penghargaan kepada panglima perang.

Murka muda belajar dari memperbaiki keris-keris  rusak. Bakat alaminya menuntunnya untuk membuat keris sendiri. Keris hasil karyanya ternyata lebih indah dari keris yang telah ada. Namun bukan Murka namanya jika  berpuas diri, keingintahuan akan seni senjata tajam terus bergulir . Dari tangannya tidak hanya lahir keris tradisional Jawa dan Madura tapi beragam jenis senjata nusantara lainnya . Tidak mengherankan jika hasil karya Sang Mastro Keris Aeng Tong Tong diburu kolekter dari Malaysia dan Brunai

Atas jasanya  mengembalikan kejayaan Mahakarya Indonesia , Murka dianugrahi  Penghargaan Maestro Seni Tradisi Tahun 2013.

pengerajin keris Aeng Tong Tong
pengerajin keris Aeng Tong Tong

Mengintip bengkel kerja di belakang rumah Faturahman jauh dari pande besi tradisional. Pria-pria duduk menghadap peralatan modern yang digerakan oleh listrik. Mereka fokus dan berkonsentrasi memangkas ujung besi yang dibutuhkan. Pekerjaan ini tidak hanya membutuhkan ketelitian  tapi juga cita rasa seni.

Kini Aeng Tong Tong bukanlah tempat  dimana penduduk desa membawa wadah  besar untuk mengangkut air  sesuai dengan namanya ;  aeng berarti air dan tong berarti wadah air besar. Di sini tumbuh subur industri logam yang berakar pada budaya tradisi. Setiap hari lahir mahakarya baru hasil  mpu dengan semangat membesi.

 

Madura Cultural Trip #1- Prolog Hati
Madura Cultural Trip #2 – Momen Monumental
Madura Cultural Trip #3 – Gentongan, Membatik Dengan Hati
Madura Cultural Trip #4 – Memangku Warisan Wayang Topeng Madura
Madura Cultural Trip #5 – Sumenep , Keraton di Timur Madura
Madura Cultural Trip #6 – Masjid Jamik, Sanepan Dalam Arsitektural
Madura Cultural Trip #7 – Pesarean Raja di Asta Tinggi
Madura Cultural Trip #8 – Semangat Membesi Aeng Tong Tong

27 tanggapan untuk “Madura Cultural Trip #8 – Semangat Membesi Aeng Tong Tong”

  1. wah kalau di makassar kami punya badik, diletakkan di depan pinggang sembari dipegang kalau pakai baju adat..kalau keris kan sering di sematkan juga di pinggang ya…

    Suka

  2. Kak danan … itu ada cumi sotong item yaaa ??? aku suka banget, nyokap ku sering masak waktu masih gw kecil. dan sekarang kalo mudik selalu aja minta dimasakin itu #salahFokus

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar