Kuliner, Lampung

Bumbu Desa – Cita Rasa Parahyangan Nuansa Moderen

Bumbu Desa -  Cita rasa  Parahyangan di Bandar Lampung
Bumbu Desa – Cita rasa Parahyangan di Bandar Lampung

Maaf teman kalau akhir-akhir ini  isi blognya banyak review tempat makan. Jujurnya aku juga khawatir lihat body di kaca  makin menggelembung. Tapi rejeki pantang ditolak tho!

Kulik kuliner kali ini merupakan acara makan malam keluarga merayakan ulang tahun ponakan , adek Faiz.  Sekaligus menghibur si Om melewati masa karantina tiga hari di rumah “topo bisu”. Gegara radang tenggorokan yang tak kunjung sembuh,  dokter THT menyarankan untuk puasa ngomong dan istirahat total.

Meski awalnya berontak mau kabur  karena dapat undangan jelajah kuliner gratis di Palembang. Si Om akhirnya nurut juga, karena dokter bilang kalau nakal pita suara bisa rusak dan ga bisa cuap-cuap . Lagian belum sempat kabur, kaki si Om sudah dipasung di ranjang dengan Eyang Putri. (nangis)

***

Lupakan drama di atas, kembali ke Bumbu Desa , resto waralaba berkonsep tradisional. Cabangnya di Jabotabek sudah banyak banget tapi hadir di kota Bandar  akhir tahun 2013. Pas launching sempat makan di sini tapi karena suasannya ramai tidak sempat foto-foto.

Memasuki ruangan suasananya berbanding terbalik dengan konsep masakan. Sentuhan moderen mendominasi interior, kursi rotan mengelilingi meja-meja  berwarna putih. Lighting-nya memberik kesan hangat, berpadu pas dengan dinding putih dan lantai kayu.

kesan moderen memasuki Bumbu Desa
kesan moderen memasuki Bumbu Desa

Sebelum duduk , makanan dipesan dahulu tapi ga pake lama karena beberapa menu sudah tersedia prasmanan. Tinggal dipilih saja. Pelayan akan membantu untuk menggoreng kembali lauk  jika diinginkan. Untuk masakan yang agak ribet seperti pesmol tetap harus menanti beberapa saat.

menu prasmanan khas Bumbu Desa
menu prasmanan khas Bumbu Desa

Ada tiga pilihan nasi di sini, nasi timbel , nasi putih atau nasi merah. Jadi untuk kamu yang sedang ber-diet jangan khawatir, aman kok menunya. Apalagi masakan sunda kan didominasi sayur mayur dan lalapan.

beragam jenis gorengan dan tumis terhidang apik dan menggoda
beragam jenis gorengan dan tumis terhidang apik dan menggoda
bakwan udang bisa digoreng lagi agar renyah dan hangat
bakwan udang bisa digoreng lagi agar renyah dan hangat

Meja besar di tengah ruangan menyajikan beragam jenis sambal dan lalapan. Ini gratisan lho, alias engga dihitung. Cobek batu beralas daun pisang berisi aneka sambal memang menggoda. Bumbu Desa  pandai mengkomposisi  menu pendamping. Aroma sayuran segar berbaur dengan minyak atsiri cabai. Slurppp… Tapi jangan kalap ya , bisa mules nanti.

Saya langsung jatuh cinta dengan sambal oncom , yang memang jarang ditemui di rumah makan biasa. Hai sambal merah dan hijau, maaf ya kalian aku abaikan dulu 😀 .

Karena mirip rombongan sirkus, kita ditempatkan di ruang belakang dengan meja-meja panjang. Dipisahkan dinding kaca dengan ruang bagian depan terasa lebih “pribadi”.  Tapi yang bikin saya penasaran , dinding di sebelah kiri dipenuhi teko aluminum. Konsepnya sederhana tapi memberi kesan moderen futuristik, ketika warna putih dan logam berpadu jadi keren banget. Ini mau makan jadi fokus ke pernak-pernih sih?

Mengabadikan makanan dalam suasana euphoria kelaparan memang tidak mudah. Sebelum makanan sukses difoto sudah compang-camping , jadi maaf ya kalau yang tersisa hanya tiga menu  di bawah. Mari kita cicip bersama-sama dalam pandangan dan kata-kata.

Pesmol ikan gurami
Pesmol ikan gurami

Mbak Pramusaji bilang bahwa  pesmol ikan gurami salah satu menu andalan Bumbu Desa. Merunut  rasanya pesmol mirip acar kuning Jawa Timuran , tanpa kuah apalagi santan. Nyokap langsung bisa mengidentifkasi bumbunya didominasi kemiri dan kunyit. Rasa asamnya  diambil dari jeruk nipis bukan cuka seperti acar kuning.

Sebelum dimasak gurami digoreng dan ketika dibumbui melalui proses tumis kaya minyak. Jadi sangat berminyak tapi jangan khawatir rasanya tetap segar karena ada potongan tomat dan cabai rawit.

Makanan di kanan tidak usah saya jelaskan pasti sudah familier dengan bacem dan rempeyek . Makanan ini sudah sangat populer , terutama di pulau Jawa atau di daerah yang banyak pendatang Jawa.

Tumis Leuncak itu judul lauk di sebelah kanan. Apaan sih lencak? Sebutan buah bulat kecil kehijauan ini beragam, ada yang bilang rimbang atau cepokak. Rasanya mirip terong tapi yang unik letupan renyah ketika digigit, apalagi dilalap mentah.  Dalam balutan sambal terasi dan ikan asin jelas menambah nikmatnya makan sepiring nasi putih hangat.

Kali ini leuncak ditumis bersama oncom dan teri Medan. Rasa bawang putih, bawang merah dan cabai jelas memperkuat rasa. Istilah kata dimakan mentah aja enak apalagi dibumbui. Apalagi oncom memberikan sensasi rasa unik. Paduan yang pas menikmati sajian kuliner tradisional Parahyangan.

Berhubung paska perawatan radang tenggorok, kali ini memilih bandrek  dengan potongan kelapa muda di dalamnya.  Tapi sempet icip-icip nakal es peyeum , menuntaskan rasa penasaran minuman favorit di Bumbu Desa. Rasanya enak meski sangat simple, potongan peyeum, kelapa muda dan kolang kaling berbaur bersama sirup coco pandan.

Nyokap bilang , rasa masakan Bumbu Desa standar,  tidak terlalu istimewa tapi cukup enak untuk ukuran resto waralaba.  Sisi positifnya nuansa moderen yang dibangun. Ketika masakan tradisional biasa hadir di saung bambu, diusung ke dalam ruangan . Sebuah konsep baru bisnis kuliner di Bandar Lampung.

Bumbu Desa –
Jl Teuku Umar No. 9 Kedaton Bandar Lampung

Opening Hour
10:00 – 22:00

Price
3k-50k ++

22 tanggapan untuk “Bumbu Desa – Cita Rasa Parahyangan Nuansa Moderen”

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar