Curahan

Dari Gambyong ke Tari Perang Lembah Baliem

13863351241627395767
tari perang Lembah Baliem (dokumentasi pribadi)

Ini hari ketujuh saya menyelinap diam-diam ke rumah Bu Emi, seorang tetangga yang juga mantan penari. Untuk mengisi liburan kenaikan kelas wanita berdarah jawa mengajar tari anak-anak tetangga secara gratis. Tidak ada target pementasan atau perlombaan kami belajar menari untuk mengisi waktu luang.

Meski lahir dan besar di Sumatra, saya penasaran dengan akar budaya kedua orang tua yang kebetulan berdarah Jawa. Aneh memang jika seorang anak laki-laki ingin menari gambyong. Tarian yang menggambarkan keluwesan wanita dengan gerakan patah-patah bagai wayang golek. Tapi saya benar-benar ingin belajar menari. Gerakan favorit saya adalah tisik , menggeser kaki ke samping ke kanan dan kiri dengan menyilangkan telapak kaki. Sekilas mirip break dance tapi lebih halus dan luwes.

1386335209711035539
tari gambyong (sumber: http://galeribersama.wordpress.com)

Wajar jika ibu tidak setuju anak lelakinya belajar menari gambyong. Selain gerakannya feminim , jarik batiknya sering saya pinjam diam-diam untuk berlatih. Bu Emi bilang agar menjiwai tarian , pria yang belajar gambyong harus mengenakan jarik.

“Bu, kapan saya belajar tarian untuk lelaki”, tanya saya kepada Bu Emi. Lama-lama risih juga menari menirukan gerak wanita menyisir rambut, berdandan dan memasang alis. Apalagi beberapa teman memberi julukan banci.

“Gambyong merupakan dasar tarian. Jika kuda-kuda kaki kuat dan gerak tubuh luwes lebih mudah mempelajari tarian lainnya”, jawab Bu Emi bijak. Saya meyakini perkataan Bu Emi yang pernah menjadi penari profesional di daerahnya.

Sangking bersemangatnya dalam dua minggu tari gambyong saya kuasai, lebih cepat dibandingkan anak-anak lainnya bahkan anak perempuan. Bu Emi menepati janjinya mengajarkan tari Menak Djinggo, tarian asal Cirebon menggambarkan kegagahan pria . Tari dibuka dengan sembahan dan kombinasi pancak gulu ke kiri , kanan dan ke depan. Gerakannya pun lebih atraktif melangkah besar-besar layaknya sang satria. Dengan mengenakan topeng kayu semakin percaya diri melakonkan sang Minak Djinggo.

Tari Menak Djinggo lebih sulit dibandingkan gambyong. Hingga dua minggu lebih saya belum bisa menguasai tarian ini sepenuhya. Akhirnya liburan kenaikan kelas usai dan kelas tari dadakan Bu Emi ditutup. Tahun berikutnya Bu Emi pindah ke luar kota turut sang suami dan kelas tari tidak pernah dibuka lagi.

***

Selama Puluhan tahun tidak pernah menyentuh dunia tari . Meski rasa penasaran akan budaya Jawa tetap ada, lebih suka menggalinya melalui buku dan internet. Jika ada waktu dan dana menyambangi tempat akar budaya tradisional , kemudian menuliskannya kembali dari sudut pandang seorang blogger. Tempatnya tidak terbatas pulau Jawa saja tapi hingga seluruh nusantara.

menari bersama di pesta sambut baru (dokumentasi pribadi)

Fungsi tarian tradisional tidak hanya sebagai hiburan. Di beberapa tempat aktivitas ini merupakan ekpresi kegembiraan dan penghormatan bahkan bagian ritual kepercayaan. Tahun lalu secara tidak sengaja bersama teman menghadiri acara sambut baru di Ruteng, Flores. Awalnya kami penasaran mengapa belasan rumah di sepanjang jalan menuju Liang Bua menggelar pesta. Supir menjelaskan hari ini anak-anak baru saja menerima komuni pertama dan biasanya orang tua akan menggelar pesta . Sepulang dari Liang Bua singgahlah di rumah Bapak Ale Habour, anaknya Yohanes berusia 11 tahun baru menerima komuni pertama.

Link video menari di acara sambut baru

Sofie dan makanan lezat dihidangkan tuan rumah untuk menghormati tamu di pesta sambut baru. Terakhir kami diajak menari bersama meski dalam suasana lebih moderen. Saya pun tak kuasa menolak, akhirnya setelah bertahun-tahun kembali menari. Bersama tuan rumah dan tamu lainnya meloncat dan berputar-putar sesuai irama, lalu berkeliling membentuk lingkaran. Ah serunya, jika besok tidak melanjutkan perjalanan mungkin bisa menari sampai pagi.

1386335597271738942
kolosal – tari perang dilakukan bersama-sama (dokumentasi pribadi)

Lain ladang lain belalang. Jika di Ruteng tarian untuk mengungkapkan kegembiraan sedangkan di Papua untuk mengkobarkan semangat perang. Meski sekarang jarang terjadi perang di sana, tari perang kerap dipertontonkan sebagai atraksi budaya. Festival Lembah Baliem yang digelar setiap bulan Agutus selalu ditunggu wisatawan asing dan domestik. Festival dihadiri lebih 26 suku mendiami lembah Baliem, Papua Barat. Peserta festival mengenakan pakaian tradisional lengkap dengan senjata tombak dan panah.

1386335655131778110
menari perang bersama masyarakat desa Kilise, Papua (dokumentasi pribadi)

Tahun ini mungkin keberuntungan besar dalam hidup saya. Bisa menyaksikan dan ikut ambil bagian dalam tari perang. Bersama warga desa Kilise menari bersama di pegunungan dengan latar belakang sungai Baliem. Tidak banyak pakem yang harus diikuti , hanya meloncat-loncat mengikuti musik mulut.

138633587526440656
jika taring babi ke atas berarti tidak terlalu murka (dokumentasi pribadi)

Dari sini saya belajar bahwa pakaian yang dikenakan memiliki arti tertentu. Sebagai contoh ketika taring babi dikenakan melengkung ke bawah menandakan empunya amat murka. Akan berperang hingga titik darah penghabisan. Sayapun mencoba mengenakan hiasan kepala bulu ayam dan melukis wajah agar tampil total dalam atraksi ini. Seorang mama menggambar wajah saya dengan pasta gigi, membuat terlihat semakin tampan bagai panglima perang.

13863359281253054754
wajah penulis sedang dilukis
13863360161643614711
panglima siap berperang, eeh menari ding

Impian kecil belajar akar budaya tradisional melalui tarian kini menjelma menjadi pengalaman tak terlupakan. Belajar tentang Indonesia memang tidak ada habisnya. Sekali membuka sampul bertajuk nusantara akan tergoda membuka halaman berikutnya. Mungkin waktu seumur hidup tidak cukup untuk menyambangi 17.000 pulau dan mengenal 1.300 suku bangsa. Tapi impian dan kerja keras akan mengantar kita melihat pengalaman tanpa batas.

Mari menjelajah nusantara , untuk informasi paling lengkap kunjungi Indonesia travel.

16 tanggapan untuk “Dari Gambyong ke Tari Perang Lembah Baliem”

  1. Beruntung sekali Mas bisa meneksplor tari-tarian nusantara. Waktu kecil dulu juga suka ikutan nari-nari Jawa. Tapigakdibolehin sama bapak.T.T Hehehe. sama alasannya,dibilang kayak perempuan.

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar