Ini hari ketujuh saya menyelinap diam-diam ke rumah Bu Emi, seorang tetangga yang juga mantan penari. Untuk mengisi liburan kenaikan kelas wanita berdarah jawa mengajar tari anak-anak tetangga secara gratis. Tidak ada target pementasan atau perlombaan kami belajar menari untuk mengisi waktu luang.
Meski lahir dan besar di Sumatra, saya penasaran dengan akar budaya kedua orang tua yang kebetulan berdarah Jawa. Aneh memang jika seorang anak laki-laki ingin menari gambyong. Tarian yang menggambarkan keluwesan wanita dengan gerakan patah-patah bagai wayang golek. Tapi saya benar-benar ingin belajar menari. Gerakan favorit saya adalah tisik , menggeser kaki ke samping ke kanan dan kiri dengan menyilangkan telapak kaki. Sekilas mirip break dance tapi lebih halus dan luwes.
Wajar jika ibu tidak setuju anak lelakinya belajar menari gambyong. Selain gerakannya feminim , jarik batiknya sering saya pinjam diam-diam untuk berlatih. Bu Emi bilang agar menjiwai tarian , pria yang belajar gambyong harus mengenakan jarik.
“Bu, kapan saya belajar tarian untuk lelaki”, tanya saya kepada Bu Emi. Lama-lama risih juga menari menirukan gerak wanita menyisir rambut, berdandan dan memasang alis. Apalagi beberapa teman memberi julukan banci.
“Gambyong merupakan dasar tarian. Jika kuda-kuda kaki kuat dan gerak tubuh luwes lebih mudah mempelajari tarian lainnya”, jawab Bu Emi bijak. Saya meyakini perkataan Bu Emi yang pernah menjadi penari profesional di daerahnya.
Sangking bersemangatnya dalam dua minggu tari gambyong saya kuasai, lebih cepat dibandingkan anak-anak lainnya bahkan anak perempuan. Bu Emi menepati janjinya mengajarkan tari Menak Djinggo, tarian asal Cirebon menggambarkan kegagahan pria . Tari dibuka dengan sembahan dan kombinasi pancak gulu ke kiri , kanan dan ke depan. Gerakannya pun lebih atraktif melangkah besar-besar layaknya sang satria. Dengan mengenakan topeng kayu semakin percaya diri melakonkan sang Minak Djinggo.
Tari Menak Djinggo lebih sulit dibandingkan gambyong. Hingga dua minggu lebih saya belum bisa menguasai tarian ini sepenuhya. Akhirnya liburan kenaikan kelas usai dan kelas tari dadakan Bu Emi ditutup. Tahun berikutnya Bu Emi pindah ke luar kota turut sang suami dan kelas tari tidak pernah dibuka lagi.
***
Selama Puluhan tahun tidak pernah menyentuh dunia tari . Meski rasa penasaran akan budaya Jawa tetap ada, lebih suka menggalinya melalui buku dan internet. Jika ada waktu dan dana menyambangi tempat akar budaya tradisional , kemudian menuliskannya kembali dari sudut pandang seorang blogger. Tempatnya tidak terbatas pulau Jawa saja tapi hingga seluruh nusantara.
Fungsi tarian tradisional tidak hanya sebagai hiburan. Di beberapa tempat aktivitas ini merupakan ekpresi kegembiraan dan penghormatan bahkan bagian ritual kepercayaan. Tahun lalu secara tidak sengaja bersama teman menghadiri acara sambut baru di Ruteng, Flores. Awalnya kami penasaran mengapa belasan rumah di sepanjang jalan menuju Liang Bua menggelar pesta. Supir menjelaskan hari ini anak-anak baru saja menerima komuni pertama dan biasanya orang tua akan menggelar pesta . Sepulang dari Liang Bua singgahlah di rumah Bapak Ale Habour, anaknya Yohanes berusia 11 tahun baru menerima komuni pertama.
Link video menari di acara sambut baru
Sofie dan makanan lezat dihidangkan tuan rumah untuk menghormati tamu di pesta sambut baru. Terakhir kami diajak menari bersama meski dalam suasana lebih moderen. Saya pun tak kuasa menolak, akhirnya setelah bertahun-tahun kembali menari. Bersama tuan rumah dan tamu lainnya meloncat dan berputar-putar sesuai irama, lalu berkeliling membentuk lingkaran. Ah serunya, jika besok tidak melanjutkan perjalanan mungkin bisa menari sampai pagi.
Lain ladang lain belalang. Jika di Ruteng tarian untuk mengungkapkan kegembiraan sedangkan di Papua untuk mengkobarkan semangat perang. Meski sekarang jarang terjadi perang di sana, tari perang kerap dipertontonkan sebagai atraksi budaya. Festival Lembah Baliem yang digelar setiap bulan Agutus selalu ditunggu wisatawan asing dan domestik. Festival dihadiri lebih 26 suku mendiami lembah Baliem, Papua Barat. Peserta festival mengenakan pakaian tradisional lengkap dengan senjata tombak dan panah.
Tahun ini mungkin keberuntungan besar dalam hidup saya. Bisa menyaksikan dan ikut ambil bagian dalam tari perang. Bersama warga desa Kilise menari bersama di pegunungan dengan latar belakang sungai Baliem. Tidak banyak pakem yang harus diikuti , hanya meloncat-loncat mengikuti musik mulut.
Dari sini saya belajar bahwa pakaian yang dikenakan memiliki arti tertentu. Sebagai contoh ketika taring babi dikenakan melengkung ke bawah menandakan empunya amat murka. Akan berperang hingga titik darah penghabisan. Sayapun mencoba mengenakan hiasan kepala bulu ayam dan melukis wajah agar tampil total dalam atraksi ini. Seorang mama menggambar wajah saya dengan pasta gigi, membuat terlihat semakin tampan bagai panglima perang.
Impian kecil belajar akar budaya tradisional melalui tarian kini menjelma menjadi pengalaman tak terlupakan. Belajar tentang Indonesia memang tidak ada habisnya. Sekali membuka sampul bertajuk nusantara akan tergoda membuka halaman berikutnya. Mungkin waktu seumur hidup tidak cukup untuk menyambangi 17.000 pulau dan mengenal 1.300 suku bangsa. Tapi impian dan kerja keras akan mengantar kita melihat pengalaman tanpa batas.
Mari menjelajah nusantara , untuk informasi paling lengkap kunjungi Indonesia travel.
Beruntung sekali Mas bisa meneksplor tari-tarian nusantara. Waktu kecil dulu juga suka ikutan nari-nari Jawa. Tapigakdibolehin sama bapak.T.T Hehehe. sama alasannya,dibilang kayak perempuan.
SukaSuka
iya beruntung jadi pengen mengeksplore tarian di nusantara
SukaSuka
Kalo aku suka nya tarling cirebonan, enak buat goyang diiringin lagu dangsut koplo 🙂
SukaSuka
aku juga suka, apalagai sawerannya itu ixixiix
SukaSuka
Wah hebat bisa nari, aku satu tarian aja Nggak hafal2. Senangnya bisa melihat berbagai macam tari. Tarian saya yang berkesan, tari topeng di dalam Pura di sebuah rumah di Gianyar,pas ada Upacara.
SukaSuka
nah aku pengen banget belajar nari bali, ada ga ya trip belajar nari beberapa hari gitu
SukaSuka
Lokasi dimana? Biasanya kalau ada komunitas Hindu ada yang bisa ngajarin nari.
SukaSuka
aku lokasi di jambi atau lampung… ah yg bener mereka mau ngajarin gitu?
SukaSuka
Tarian itu salah satu elemen penting dalam upacara Hindu. Makanya anak kecil udah disuruh belajar nari, laki dan perempuan. Besok aku tanyakan ya.
SukaSuka
wah terimakasih banget kakak… wah bakal jadi resolusi 2014, belajar nari sekaligus filosofinya
SukaSuka
tarian tradisional memang selalu menarik utnuk kita lihat, pelajari dan juga kita nikmati. indonesia memang kaya
SukaSuka
dari kecil aku sebetulnya tertarik dg menari krn dulu pas kecil kalau liat tarian pasti bisa mendirukan dg cepat, makanya sempat kepikiran jadi koreografer
SukaSuka
itneresting..
SukaSuka
thanx sudah mampir, duh jadi malu ketahuan dulu mantan penari #halah
SukaSuka