Jawa Timur, Travelling

Madura Cultural Trip #3 – Gentongan, Membatik Dengan Hati

Gentongan , Dibatik dengan hati wanita Tanjung Bumi
Gentongan , Dibatik dengan hati wanita Tanjung Bumi

Sembari menunggu sang suami pulang melaut wanita Tanjung Bumi mengisi waktu  dengan membatik. Tidak ada target waktu atau  motif ekonomis mereka melakukan dengan hati. Menginginkan batik terbaik untuk dikenakan sehari-hari .

***

Mengunjungi   worskhop  Batik Gentongan  Zulpah milik Pak Alim di Tanjung Bumi  tidak seperti yang kami harapkan. Tidah terlihat satupun pembatik , hanya dua pria sibuk mewarnai kain mori dan hamparan  batik basah tertutup malam tergantung di halaman. Pak Alim mempersilakan   masuk ke galerinya. Beberapa lemari pinangan mengelilingi ruangan  dipenuhi batik beragam motif seperti, kawung, panji susi, cantil , cokek dan motif kontemporer.  Warna batik Madura terkesan berani, lebih berani dari batik Pesisiran .

Kami duduk melingkari dampar kayu , menyimak  penjelasan pria 36 tahun. Tak lama istrinya Wury keluar membawa beberapa contoh batik Gentongan setengah jadi. Perajin lebih suka membatik di rumah dibandingkan di sanggar. Usai masak para ibu dan remaja putri mengisi waktu dengan membatik.

Pak Alim menjelaskan batik Gentongan
Pak Alim menjelaskan batik Gentongan

“Batik sini warnanya ngejreng,  mungkin sesuai dengan jiwa orang Madura yang berani “, ujar Bu Wury menunjukan beberapa motif batik. Ada beberapa ornamen  batik mirip daerah lain tapi tidak meninggalkan ciri khas alusan motif Tanjung Bumi. Maklum saja Tanjung Bumi termasuk kota pelabuhan  kerap disinggahi pedagang dari luar Madura memungkinkan terjadinya alkutrasi budaya termasuk fashion.

Nama Gentongan
Gentongan sudah menjadi merek dagang batik asal Tanjung Bumi, keindahan dan kehalusannya diburu kolektor batik Nusantara. Julukan ini didapat karena  tahap terakhir proses pewaranaan batik direndam di dalam gentong yang berisi nilom atau indigofera. Indogofera dapat rusak jika terkena matahari oleh karena itu batik-batik ini direndam dalam gentong selama beberapa hari.  Pak Alim menyangkal kisah-kisah mistis yang menyertai proses pembuatan batik Gentongan. Beliau mengatakan itu trik pedagang untuk mempromosikan batik. Yang membuat batik Tanjung Bumi berkualitas  bukan gentongnya tapi  dikerjakan oleh tangan-tangan terampil dan dari hati.


Proses Pembuatan
Bu Wury Alim berkata membuat batik itu berkah karena ada tujuh tahapan yang dilakukan oleh orang yang berbeda. Artinya berbagi  rejeki. Proses pertama disebut Ketel yaitu mencuci kain mori yang akan dibatik. Setelah kering kain mori di-rengreng yaitu memberi outline motif batik. Setelah menyelasikan motif besar dilanjutkan dengan motif kecil yang di sebut Kuri. Proses selanjutanya adalah Essean yaitu mengisi motif dengan malam kelanjutan proses Rengreng. Setelah motif jadi , bagian yang tidak ingin diwarnai ditutup dengan malam, tahapan ini disebut Nebbeng. Yang membedakan pewarnaan latar atau Sereben batik Gentongan dengan batik lain adalah dengan menggunakan sikat, sehingga warna menyerap ke dalam serat kain. Sedanngkan proses memberi warna sekunder setelah pewarnaan kedua adalah Kothdu‘. Setelah proses pewarnaan selesai batik dilorot yaitu meluruhkan malam yang menempel di atas kain.

Melihat tahapan yang begitu panjang dan rumit , tidak mengherankan sebuah batik berharga  jutaan rupiah. Sebuah Mahakarya Indonesia yang patut dijaga kelestarian.

“Salah satu keunikan batik Tanjung Bumi , retakannya itu bagai urat kayu.” Pak Alim menirukan ucapan Iwan Tirta, perancang busana Indonesia. Retakan urat kayu terjadi pada tahap pewarnaan ketika malam pelapis patah dan pewarna menembus kain.

Takdir Membatik
Pak Alim dan Bu Wury tidak pernah menyangka akan menjadi perajin batik.  Awalnya Pak Alim ingin merantau tapi tidak mendapat izin dari keluarga karena ketiga saudaranya sudah merantau. Usai menikah tahun 2008 pasangan suami istri ini mulai merintis usaha batik. Memperoleh ilmu turun temurun dari sang ibu, Zulpah yang mahir membuat batik, Bu Wury fokus membatik bersama suami. Mengajak anak muda di sekitarnya menekuni seni canting bersama-sama.

Tanggal 28 September 2009  UNESCO mengumumkan bahwa batik  merupakan salah satu warisan umat manusia yang dihasilkan oleh bangsa Indonesia. Sejak saat itu permintaan batik Gentongan meningkat , apalagi pemerintah  menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Batik semakin di apresiasi, Pak Alim semakin dan istri semakin yakin dengan pilihan hidupnya, membatik.

Pada awalnya  pria membatik bukanlah hal yang lumrah di Tanjung Bumi. Pria  membatik akan mendapat julukan banci. Namun seiring berkembangnya industri ini, pria dan wanita memiliki kesempatan sama mempelajari batik.

Salah satu impian Bu Wury mendirikan kursus membatik di kota Bangkalan yang tidak jauh dari Surabaya. Wanita berusia 29 tahun ini ingin orang tidak hanya mengenal keindahan batik saja tapi mampu membatik dengan hati.

***

Zulpah Batik Madura
Jl. Pelabuhan II Pasesah (Utara Polsek) Tanjung Bumi Bangkalan – Madura
Telepon 031-70067002  ;  08121683474  ;  081913545999

Baca juga postingan lain dari sahabat-sahabat Travel Bloggers Indonesia:

***

66 tanggapan untuk “Madura Cultural Trip #3 – Gentongan, Membatik Dengan Hati”

  1. Ternyata langkah-langkah membatiknya hampir sama satu daerah dengan lainnya cuma beda istilah penyebutannya aja ya hehe…
    Jadi ngidam batik Madura *telen air liur*

    Suka

  2. Suka banget sama batik2 madura, warna nya itu ngejreng agak sedikit norak kalo menurut gw tapi KEREN BANGET :-0
    Sebagai pria ganteng yg punya darah madura, saya bangga dengan warisan ini #halah

    Suka

  3. “Sembari menunggu sang suami pulang melaut wanita Tanjung Bumi mengisi waktu dengan membatik. Tidak ada target waktu atau motif ekonomis mereka melakukan dengan hati. Menginginkan batik terbaik untuk dikenakan sehari-hari”. suka quate yang ini…ihirr,,,pengin kesana..menjajah eh menjelajah maksudnya hehe

    Suka

  4. belum pernah ke madura, belum punya batik madura dan setelah baca postingan ini harus segera ke madura! BORONG ITU SEMUA BATIKNYA! KEREN2!!

    etapi bisa gesek nggak? | yakali !
    *lalu diseruduk sapi*

    Suka

  5. Ping-balik: Berburu Batik Lasem

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar