Lampung, Travelling

Naik Kereta Api Tut… Tut… Tut…

Naik Kereta Api Tanjungkarang-Kotabumi
Naik Kereta Api Tanjungkarang-Kotabumi

Jalan-jalan kali ini tanpa rencana, begitu sampai di Lampung langsung ditodong Fina (6 tahun) , keponakan perempuan ikut jalan-jalan murah meriah. Naik kereta api (diesel kali ya) Tanjungkarang-Kotabumi.

Sebetulnya trip ini suprise buat Faiz (4 tahun) ponakan yang paling kecil . Dia tergila-gila dengan kereta api, hampir semua maiannya alat transportasi dengan lintasan rel.  Makanya untuk mewujudkan impiannya , si Bunda (kakak gue) ngalah ga nge-mall akhir pekan ini. Kita naik kereta ekonomi ke Kotabumi.

Lho kok kereta ekonomi? Biar tidak kesorean memilih kereta ekonomi Seminung, karena kalau kelas binsis AC berangkat sore dan sampai di Tanjungkarang menjelang malam. Sekaligus memperkenalkan beragam mode dan kelas transportasi.

Pukul 06:20 sampai di stasiun kereta Tanjungkarang dan ternyata sudah hampir berangkat. Sempat bingung mencari tempat duduk , tapi akhirnya dapat juga mesti terpisah. Maklum kelas ekonomi, harga tiketnya juga hanya 7.500 rupiah.

Faiz masih bingung, kayaknya belum sadar kalau ada di kereta. Nyawanya belum ngumpul. Tadi pagi langsung digotong dari  kasur menuju mobil tanpa dibangunkan. Sampai di stasiun matanya kriyep-kriyep dan  sempet protes mau bobo lagi. Tapi karena buru-buru langsung diajak masuk ke gerbong kereta.

Pas kereta jalan Faiz langsung girang melihat barisan kereta dan rel di barat stasiun. Layaknya anak kecil dapat mainan baru, Faiz tidak beranjak dari jendela. Jadi terbayang pengalaman saya naik kereta pertama kali. Kalau tidak salah hampir seumur Faiz sekarang. Turut Bapak dinas ke Baturaja.

Serunya  naik kereta ekonomi itu berhenti di stasiun-stasiun kecil dan otomatis penumpang akan semakin banyak. Uniknya kereta Lampung-Palembang akan berhenti sejenak jika akan berpapasan dengan kereta babaranjang (batu bara rangkaian panjang).

Lah memang penumpang lebih penting dariapada batubara? Gini ceritanya,  penghasilan terbesar PT Kereta Api Indonesia dengan mengangkut batubara dari Muara Enim ke Tarahan, Lampung. Konon uang yang dihasilkan  bisa menopang operasional kereta penumpang di Sumatra dan Jawa yang selalu defisit. Ga heran rangakain panjang hitam ini kaya raja, begitu lewat yang lain berhenti. Sekali lewat tidak tanggung-tanggung bisa 60 gerbong sekaligus.

Bagi anak-anak yang baru pertama kali naik kereta pasti senang menghitung gerbong kereta api   lewat,  tapi bagi penumpang dewasa cukup membosankan. Selepas kota Bandar Lampung pemandangan lebih bervariasi, ada sawah , ladang bahkan sungai  membuat perjalanan bertambah seru.

Sampai di stasiun Bekri jumlah penumpang makin banyak, beberapa terlihat berdiri bahkan ada yang duduk di lantai. Petugas sudah mulai berjalan memeriksa karcis didampingi anggota polisi. Eh ternyata ada penumpang nakal yang tidak membeli karcis.  Walhasil rombongan anak muda tidak bertiket harus turun di stasiun berikutnya. Ini pelajaran penting buat anak-anak, kalau naik kendaraan umum harus membeli tiket.

Pukul 09:00 kereta sampai pemberhentian terakhir stasiun Kotabumi. Setelah menunggu ayah antri tiket pulang , jalan-jalan keliling kota. Iya beneran jalan kaki, tanpa mobil dan naik angkot. Kereta ke Tanjungkarang berangkat pukul 10:30 berarti masih ada waktu satu jam lebih.

Mampir yuk ke warung sate dekat pertigaan sekalian istirahat. Si kecil Faiz langsung selonjoroan di kursi . Sedangkan Fina si kakak menyerbu teh botol dingin. Si Om, Bunda dan Ayah langsung pesan sate ayam dan kambing. Wakakakak lapar berat nih.

Saatnya pulang, waktu sudah menunjukan pukul 10:00. Walau kereta berangkat pukul 10:30 kita ke stasiun lebih awal agar dapat tempat duduk. Memasuki gerbong kereta penumpang tidak terlalu ramai tapi pedagang dan pengamen lalu lalang di antara kursi penumpang. Inilah mode tranportasi rakyat kaya warna, ada musik, ada jajanan, ada copet. Jadi tetap waspada!

Berangkat seru , pulang tidak terlalu seru agak sedikit membosankan. Cuaca panas membuat anak-anak kegerahan , maklum kereta ekonomi. Ayah dan Bunda berpikir bagaimana cara agar anak tidak  jenuh. Faiz masih tidak beranjak dari jendela, pandangannya tidak lepas melihat keluar, apalagi ketika  babaranjang melintas. Wajahnya tetap takjub.

Fina berpindah dari satu kursi ke kursi lain. Sesekali bergantung dipegangan langit-langit gerbong. Berikutnya? Ya lagi-lagi gadget pengusir kejenuhan di kereta api. Meski Bunda sudah melarang membawa tablet tapi tetap ada ponsel oom yang bisa dioprek.

Akhirnya kita  sampai di Tanjungkarang dengan selamat. Semua senang termasuk oom. Seujujurnya ini trip perdana oom ke Kotabumi menggunakan kereta api. Padahal dari lahir sampai setua ini (belum tua-tua amat sih) berdomisili di Lampung. Sungguh terlalu.

“Wah itu kereta api ke Kotabamu kelas executive akan berangkat pukul dua siang ini. Siapa yang mau naik kereta lagi”, ujar Bunda.

“Saya”. Faiz langsung ngacung….!

“Iya tapi keretanya yang tut… tut.. tut.. ya Bunda. Jangan yang kaya tadi deg… deg… deg… aja bunyinya”

 

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Pukul

15 tanggapan untuk “Naik Kereta Api Tut… Tut… Tut…”

  1. Kereta nya bagus yaaaa, tempat duduk nya menghadap kedepan dan hadap2an, tidak seperti krl jabodetabek.

    Seru juga liburan bareng ponakan, kalo ponakan gw demen nya diajak berenang + ke mall makan Mcd atau Pizza + Timezone 🙂

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Danan Wahyu Sumirat Batalkan balasan