Prit… Prit… Suara pluit melengking. “Bocor… bocor…” Asisten fotografrer menghalau pengunjung pulau Cipir. Langkah kaki tertahan, kemana akan melangkah, empat kelompok fotografer hampir memenuhi pulau ini. Semuanya sibuk mencumbui model dengan lensa dan lampu flash. Tidak bisa diganggu.
“Bim , mereka bayar lebih ya kok bisa melarang.” Tanya kepada tour guide. Bima menjelaskan semua pengunjung di sini sama . Rombongan fotografer hanya membutuhkan sedikit privasi untuk mendapatkan foto dengan latar terbaik beton tua. O, seharusnya mereka berada di sini tidak di saat weekend ketika pengunjung banyak.
“Mungkin…” Bimo tersenyum.
Oke kita lupakan sedikit ke-BT-an ini. Mari menjelajah pulau , bagian taman arkeologi Pulau Onrust dan tepat berada di depan pulau Cipir. Dahulu kedua pulau ini terhubung oleh jembatan beton. Namun jembatan telah rusak akibat letusan gunung Krakatau, dan reruntuhannya menghilang karena naiknya permukaan air laut pemanasan global.
Tahun 1911 pemerintah membangun pusat karantina haji di pulau Onrust. Sebelum berlayar menunaikan rukun Islam kelima, para jamaah dikumpulkan di pulau Onrust untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan. Mereka yang diketahui mengidap penyakit menular mendapatkan perawatan di rumah sakit pulau Cipir. Saya jadi teringat pulau Rubiah yang berhadapan persis dengan pantai Iboih di Weh. Pulau ini juga dijadikan pusat karantina haji.
Ternyata keberadaan karantina haji pulau Onrust memiliki misi politik. Kebanyakan dari pejuang yang melakukan perlawanan Belanda mereka bergelar haji. Pulau Onrust dijadikan tempat untuk mengamati prilaku calon jamaah haji, Mereka yang kritis dan berpotensi memberontak setelah ke luar negeri akan disingkirkan berlahan . Dengan dijangkiti penyakit lalu dimasukan ke rumah sakit pulau Cipir. Bahkan konon katanya mereka disuntik mati.
Seram, tapi reruntuhan bangunan tua serta tembok kusam bersulam lumut, daya tarik bagi pecinta sejarah. Menyusuri bangunan tua mencari fakta dan bukti masa lalu. Bagi pecinta bahari mungkin pantainya tidak terlalu cantik. Polusi kota Jakarta membuat langit kelam abu-abu. Sehingga tidak memantulkan warna biru terang di lautnya.
Bangsal rumah sakit dan rumah dokter berdiri kokoh tanpa atap. Retakan tembok dan runtuhan batu bata berkisah betapa lama waktu yang telah dilalui. Ranting pohon meranggas seolah jari-jari raksasa keluar dari tanah menggapai ke angkasa.
Abrasi meluruhkan sebagian daratan pulau Cipir. Beton pemecah ombak telah dipasang di beberapa sisi tapi tak mampu menahan ganasnya ombak. Pondasi salah satu bangunan di tepi laut tergerus air laut.
Semakin sore, sinar mentari membuat beton-beton tua terlihat mempesona. Kesan vintage masa lalu begitu terasa . Pasti para fotografer itu tidak mau kehilangan momen . Tapi saya juga ingin mengabadikannya, ujar saya dalam hati. Dengan langkah pasti tak perduli jeritan asisten, fokus mengambil beberapa gambar. Peluit melengking saya balas dengan senyuman berisyarat. Kita punya hak sama teman.
Sebuah tangan terlihat melambai dari kejauhan. Menghardikkah. Berusaha tak perduli, jika berani mendekat silakan pikir saya.
“Bang Danan.” Sesosok yang saya kenal sepertinya memanggil. Wow Andes, backpacker asal Padang. Kejutan bertemu Pepi KW asal Minangkabau di Pulau Cipir. Dia bercerita tak sengaja melihat status saya di laman facebook. Kebetulan Bersama beberapa rekan backpacker Jakarta ia jalan ke sini.
“Iyah nih bang, kita dapat tiket promo Padang-Jakarta. Jadi jalan-jalan kemari.” Jawabnya sumringah.
“Ooo korban maskapai promo sampai Cipir.”
Pesona beton tua Cipir tak kalah menariknya dengan beton pencakar langit di kota Jakarta. Ya iyalah, kalau liat beton di kota keinget kerja dan ngantor. Beton tua di sini kan liburan om.
Bukannya suster ngesot?
Catatan
- Transortasi menuju pulau Cipir, dari Jakarta (Pusat) menumpang TransJakarta jurusan Kalideres. Turun di halteRawa Buaya. Naik mini carry berplat hitam menuju Muara Kamal tarif 7 ribu rupiah. Menyebrang pulau menggunakan speed boat nelayan tarif pulang pergi (antar-jemput) 30 ribu rupiah.
- Tersedia juga paket wisata one day tour tiga pulau : Kelor, Onrust dan Cipir seharga 100 ribu rupiah. Termasuk : transportasi kapal, makan siang dan dokumentasi. Informasi paket wisata sejarah Pulau Kelor , Onrust dan Cipir bisa menghubungi @kili2adventure.
Sesama fotografer dilarang saling mem-foto 😀 #eh
SukaSuka
iya nih aku kan mau jadi modelnya wkakakakkaka
SukaSuka
Masih daerah kepulauan seribu, ya?
SukaSuka
iya betul… kepualuan seribu
SukaSuka
Saya juga sudah pernah ke cipir
pulaunya sedikit memberi cerita mistis yang menyimpan sejarah kelam
SukaSuka
ga kebayang kalo malam-malam ngindep di sini pasti horor….
SukaSuka
bocor…bocor…. kaya di baliem saja… coba pas nyebrang ke asey.. bocoooor bocooooor…. renang sudah
SukaSuka
wakkaka bocor mas bocor, ga ujan ahhhhhhhh
SukaSuka
teriakin balik aja kak
BOCOORR… BOCOORR….
SukaSuka
wakakkakakka kalo gua neriakan , ga ngaruh mending lgsg nantangin pasang badan gua yg gede wkakakkakka
SukaSuka
Wahhh belom sempet ke Kelor ma Cipir… Ternyata Cipir juga jd rumah sakit ya? Pas ke Onrust aja udah mrinding mistis… Cipir senasib nggak? hehe
SukaSuka
yg onrust belum ketulis nih om
SukaSuka
Transortasi menuju pulau Kelor, dari Jakarta (Pusat) menumpang TransJakarta jurusan Kalideres. Turun di halte Muara Kamal. <– mungkin maksudnya "halte rawa buaya". :")
SukaSuka
ooo iya rawa buaya, thanx koreksinya
SukaSuka
itu ngapain di pohon damar om? sperm* looks gitu wkwkw
SukaSuka
hush isna…. udah berapa bulan ga setor om? ati2 beku dalem kaya gt lho
SukaSuka