Sumatra Barat, Travelling

Mentawai Cultural Trip #6: Kabit , Celana Lelaki

Kabit, Celana Lelaki Suku Mentawai
Kabit, Celana Lelaki Suku Mentawai

Kabit selalu mengundang tanya bagi siapapun yang melihat pertama kali. Selembar kulit kayu  dikenakan Sikerei untuk menutupi tubuh bagian bawah. Begitu minim  tanpa jahitan benang. Suku Mentawai tidak mengenal teknik tenun, mereka memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai penutup tubuh.Pelepah daun pisang digunakan kaum wanita untuk menutupi tubuh bagian bawah dengan merangkainya mirip rok. Sedangkan bagian atas menggunakan rumbia yang dirajut mirip baju. Kabit terbuat dari kulit kayu baiko. Kulit kayu ini biasa juga digunakan sebagai tali dengan dipilin atau dikepang.

Sikerei mengajak kami – kaum lelaki- ke hutan dekat sungai mencari pohon baiko. Warna belang kulit kayu baiko mirip pohon cengkeh. Sengaja dipilih kayu berdiameter besar agar kabit yang dihasilkan besar. Ranting dan daun di ujung pohon dibersihkan . Dengan menggunakan parang sayatan sepanjang 3 meter dibuat hati-hati tanpa putus. Lalu dilepaskan dari batang pohon menggunakan tangan perlahan-lahan.

Setelah mendapatkan kulit kayu, pisahkan kulit bagian luar dan dalam. Pilih bagian kulit bagian dalam berstektur halus licin untuk membuat kabit. Ini dilakukan demi kenyamanan kabit yang akan dikenakan.

Tahap selanjutnya membuat kulit kayu menjadi lembut. Dengan bantuan dahan pohon dan pemukul, kulit kayu dipipihkan. Berlahan getah kayu keluar merubah warna kulit kayu menjadi kemerahan. Untuk menghilangkan getah , kulit kayu dicuci dengan air. Tekstur kulit kayu sangat mirip dengan kain, liat dan tidak mudah sobek.  Sikerei berpesan kulit kayu harus benar-benar bersih dari getah agar tidak gatal ketika dikenakan.  Selanjutnya kulit kayu dijemur di bawah sinar matahari seperti pakaian.

Melihat ukurannya saya jadi teringat stagen yang biasa dikenakan kaum wanita. Untuk memakaikabit cukup dilitkan saja seperti memakai cawat  katun. Jika kotor kabit dapat dicuci dan dikeringkan seperti kain atau tekstil.

Antusias membuat kabit ternyata tidak datang dari kaum pria, turis wanita dengan seksama mengamati tahap demi tahap. Mungkin mereka menanti waktu demo cara mengenakan kabit. Maaf ya mbak, dikarenakan cuaca mendung tidak ada kabit kering yang bisa dikenakan langsung. Kabit-kabit basah akan dibawa pulang sebagai oleh-oleh saja.

Mungkin kita perlu model kabit yang lebih mudah kering ujar salah seorang turis wanita. Kabit yang mengkombinasikan kulit dan tali kayu baiko. Kabit model g-string ! *gubrak*

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

 
RELATED POSTS

Digoyang Ombak 12 Jam
Menghargai Alam
Kisah Panjang Menuju Air Terjun
Penangkap Ikan Paling Cantik
Panah Beracun Lelaki
Kabit , Celana Lelaki
Turuk Laggai, Gerak Tari Alam
Menikmati Blue Sky Holiday di Masilok

30 tanggapan untuk “Mentawai Cultural Trip #6: Kabit , Celana Lelaki”

  1. mas mau tanya dong itu pohon baiko nama latinnya apa ya? saya ada tugas gitu tentang cara pembuatan pakaian suku mentawai, nah tapi saya cari-cari gaada pohon baiko di google.. apa dia se-genus sama cengkeh? makasih

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar