Sumatra Barat, Travelling

Mentawai Cultural Trip #1: Digoyang Ombak 12 Jam

KM Sumber Rezeki Baru
KM Sumber Rezeki Baru

Alunan  musik dangdut  terdengar dari warung kopi dekat pelabuhan Muara Padang. Beberapa pria menawarkan jasa angkut barang. Maaf Pak,  tas kita  yang tak seberapa berat ini sudah nyaman dipunggung, jawaban pamungkas backpacker bokek  .

Kapal  masih bersandar di pelabuhan, posisinya nyaris tak berubah sedari pagi saat kami membeli tiket. Hanya lambungnya sedikit mengangkat akibat pasang air laut. Jajaran jendela kecil di samping kapal mengingatkan akan rumah burung dara. Satu per satu penumpang naik ke dalam kapal, meniti papan lentur sebagai jembatan. Pelan-pelan melangkah sambil menjaga keseimbangan, mirip pemain sirkus.

Geladak  KM Sumber Rezeki Baru terdiri dari dua lantai. Lantai pertama  tempat barang sekaligus penumpang kelas tiga. Sedangkan lantai kedua  bilik-bilik kecil  dengan 4 tempat tidur kayu kecil. Disusun saling berhadapan dan bertingkat. Selembar kasur busa menjadi alasnya .Ternyata penumpang tetap kapal ini  lebih suka tidur di lantai karena kasur di  kamar berkepinding. Cairan anti serangga  tidak mampu mengusir serangga haus darah tersebut.

Pukul 9 malam. Kerlip  lampu  Jembatan Siti Nurbaya, pemandangan indah , kontras dengan kelamnya air laut di bawah jembatan muata. Kapal akan berlayar menunggu air laut pasang, jika tidak maka jadwal keberangkatan bisa ngaret, ujar salah satu penumpang. Jujur, saya agak gugup  melewati pelayaran 12 jamini . Mentawai  berhadapan langsung dengan samudra Indonesia, konon ombaknya bisa mencapai 2 meter. Merry rekan asal Padang bercerita, dia tidak mampu bangkit selama pelayaran menuju Mentawai karena mabuk laut.  Walau amunisi obat anti mabuk dan minyak angin tentu sudah disiapkan tetap saja deg-degan.

Seorang pria muda menyangka kami pekerja LSM atau dokter PTT.  Banyak yang  tidak percaya bahwa niat kami ke Siberut untuk berjalan-jalan alias traveling. Apa yang diliat di sana, ujar seorang  bapak tua  mengetahui kami  akan ke desa Rorogot. Bukan rahasia umum jika Mentawai bukan destinasi wisata  populer  Indonesia. Selain “jauh” ketakutan bencana tsunami dan gempa sering menjadi momok menakutkan. Termasuk orang tua saya sempat melarang . Apalagi tiga hari sebelum keberangkatan Mentawai sempat diguncang gempa kecil . Tapi anaknya nekat  berangkat dengan segudang alasan dan rayuan pulau kelapa.

Sebelum kapal berangkat saya sudah terlelap di lantai dua geladak  beralaskan sleeping bag. Tadinya ingin rebah  di tempat tidur tapi baru berbaring sejenak di kasur, sudah mendapat gigitan kepinding. Pukul 2 dinihari terbangun mendengar deritan kayu di lantai dan dinding kapal. Iramanya sesuai dengan guncangan ombak. Keretek… keretek, seolah kayu-kayu meregang lentur. Saya berusaha menepis bayangan lambung kapal akan pecah ketika  kayu tidak sanggup menahan gelombang. Perut teraduk-aduk dan pandangan berputar rasanya akan muntah. Oke saya memejamkan mata kembali mensugesti diri berada di atas  jungkat-jungkit.

Malam berganti siang, pelayaran belum berakhir. Beberapa penumpang asyik  duduk di dek belakang menikmati birunya samudra. Wanita muda berwajah bule duduk di ujung dek, mulutnya komat-kamit  merapal sesuatu sembari melihat potongan kertas. Pria paruh baya di sebelahnya tersenyum lalu berkata wanita asal Perancis itu tamunya. Dia sedang menghapal percakapan sehari-hari suku Mentawai. Kalau jalan ke pedalaman Mentawai wisatawan mancanegara benar-benar total. Terkadang mereka mengenakan pakaian warga lokal yang hanya terdiri dari selembar kulit kayu, ujar sang guide.  Jleb dalam rasanya. Wiasatawan mancanegara ini tidak sungkap berbaur dengan masyarakat setempat. Tapi kita orang Indonesia masih memikirkan betapa jauhnya perjalanan menuju Mentawai, minimnya infrastrukutur dan tidak nyamannya perjalanan ini.

Pukul 11:30 kapal tiba di pelabuhan Maileppet Siberut Selatan. Usai makan siang dan belanja logistik perjalananan dilanjutkan menuju desa Rorogot dengan menumpang kapal Pak Mas. Tapi kami singgah dulu menjemput Rika,  gadis (23) yang akan membantu Pak Mas memasak di rumah Sikerei. Sikerei adalah dukun Mentawai, memiliki kemampuan supranatural. Masyarakat Mentawai percaya Sikerei  merupakan takdir seseorang .Melalui serangakian ujian dan proses belajar Sikerei ditabiskan melalui upacara  adat.

Kami kembali bergoyang di atas kapal melintasi sungai berarus tenang. Sesekali menikung memecah riak gelombang. Hutan tropis menjadi pemandangan yang lazim bersama rumah sederhana di pinggir sungai. Sesekali bertemu warga kebetulan beraktivitas di sungai . Analoita…, sepenggal salam kami ucapkan , sebuah senyum kehangatan merebak tanda persahabatan. Dan petualangan di Mentawai di mulai…

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Transportasi

  • Ada dua pelabuhan di Sumatra Barat sebagai titik keberangkatan kapal yaitu pelabuhan Muara dan Pelabuhan Bungus. Biasanya yang berangkat dari pelabuhan Muara Padang adalah kapal-kapal kayu besar (KM Sumber Rezeki Baru dan KM Simasin)  . Sedangkan kapal PT ASDP Indonesia Ferry ( KMP Ambu-Ambu dan KMP Gambolo) berangkat dari pelabuhan Bungus.
  • Berikut Jadwal Keberangkatan KMP Ambu-Ambu dan KMP Gambolo dari pelabuhan Bungus.

Senin  19:00 WIB  PADANG-SIBERUT-SIKABALUN   KMP. Gambolo
Senin   20:00 WIB          TUA PEJAT-PADANG            KMP.AmbuAmbu

Selasa  17:00 WIB       PADANG-SIKAKAP                 KMP.Ambu-Ambu
Selasa  20:00 WIB  SIKABALUAN-SIBERUT-PADANG  KMP.Gambolo

Rabu  17:00 WIB     SIKAKAP-PADANG          KMP.Ambu-Ambu

Kamis 20:00 WIB   PADANG-TUA PEJAT          KMP.Ambu-Ambu

Jumat    19:00 WIB   PADANG-SIKAKAP         KMP. Ambu-Ambu
Jumat   20:00 WIB    SIKABALUAN-SIBERUT-PADANG    KMP.Gambolo

Sabtu  19:00 WIB     SIBERUT-PADANG            KMP.Gambolo

Minggu   20:00 WIB                PADANG-TUA PEJAT                KMP.Ambu-Ambu

Khusus hari Selasa KMP. Gambolo berangkat dari Siberut ke Sikabaluan pukul 07:00 WIB  dan di hari yang sama pukul 13:00 WIB berangkat kembali dari Sikabaluan tujuan Padang singgah di Siberut dan berangkat dari Siberut pukul 19:00 WIB.

Untuk Informasi bisa menghubungi PT ASDP Indonesia Ferry Jalan Perintis Kemerdekaan No 4 Padang . Telp 0751-27153

  • Berikut kapal yang berangkat dari Pelabuhan Muaro Padang

KM. SUMBER REZEKI BARU.
Berangkat dari Padang (Pelabuhan Muaro Padang) – Siberut Selatan / Muara Siberut (Maileppet) setiap hari Senin pada tiap minggu.
Harga tiket Rp. 126.000,-
Pemesanan Tiket : PT. ASIMI, telp (0751) 23321

KM. SIMASIN
Berangkat dari Padang (Pelabuhan Muaro Padang) – Siberut Utara / Muara Sikabaluan (Pokai) – Siberut Selatan / Muara Siberut (Maileppet) setiap hari Kamis pada tiap minggu.
Berangkat dari Padang (Pelabuhan Muaro Padang) – Sipora (Tuapejat) – Siberut Selatan / Muara Siberut (Maileppet) – Siberut Utara / Muara Sikabaluan (Pokai) setiap hari Minggu pada tiap minggu.
Harga tiket Rp. 126.000,-
Pemesanan Tiket : PT. ASIMI, telp (0751) 23321

  • Untuk kepastian jadwal keberangkatan kapal bisa menghubungi nomor telepon di atas.  Perubahan jadwal keberangakatan bisa terjadi  akibat cuaca.
RELATED POSTS

Digoyang Ombak 12 Jam
Menghargai Alam
Kisah Panjang Menuju Air Terjun
Penangkap Ikan Paling Cantik
Panah Beracun Lelaki
Kabit , Celana Lelaki
Turuk Laggai, Gerak Tari Alam
Menikmati Blue Sky Holiday di Masilok

33 tanggapan untuk “Mentawai Cultural Trip #1: Digoyang Ombak 12 Jam”

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar