Buku

[Resensi] Novel Labirin Rasa – Eka Situmorang Sir

Labirin Rasa - Eka Situmorang Sir
Labirin Rasa – Eka Situmorang Sir

Merangkum ,  membuat resensi  dan menulis aktivitas paling tidak saya sukai saat sekolah. Namun waktu mengantarkan saya mengenal aktivitas sastra. Setelah menulis, pelan-pelan saya menyukai membaca. Akhirnya tergoda membuat resensi  buku. Labirin Rasa karya Eka Situmorang sebagai resensi perdana .

Judul Buku : Labirin Rasa | Penulis : Eka Situmorang-Sir | Halaman : 394 | Penerbit : Wahyu Media
Judul Buku : Labirin Rasa | Penulis : Eka Situmorang-Sir | Halaman : 394 | Penerbit : Wahyu Media

Labirin Rasa, novel perdana Eka Situmorang – Sir seorang blogger yang juga  abdi negara.  Konon Kayla – tokoh utama – dalam novel ini sudah lahir sejak 10 tahun lalu  bersama serpihan cerpen  Eka. Namun baru kali kisahnya menyatu dalam buku setebal 394 halaman. Impian kecil yang terus merekah menjadi karya nyata. Tagline “Beri ruang untuk hati temukan cintanya” membuat orang berpikir bahwa ini novel romans. Tapi nyatanya, penulis juga mengajak pembaca berpetualang bersama  menjelajah kota eksotis nusantara.

Kayla Ayu gadis tomboi terlahir dari dua budaya berbeda, Batak dan Jawa. Tinggal dan besar di Jakarta, membuat gadis yang hobi berpetualang tidak mengenal akar budayanya dengan baik. Cinta menyeretntya mempercayai klenik ramalan Jawa dan menuntunnya ke tanah leluhurnya di Sumatra. Semuanya karena Ruben, sang pangeran fajar yang tersurat di buku kakek. Pria bermata hijau membuat Kayla tak mampu berpaling dan terus mengikutinya. Siapa menyangka perjalanan Kayla mengejar cinta mempertemukan dirinya dengan beberapa pria. Kayla bermetamorfosis menjadi gadis cantik, begitu juga kisah cintanya. Kini dirinya tidak perlu mengejar cinta, Ruben datang ke dalam hidupnya yang  sempurna. Karir gemilang bersama kesibukan  menyita waktu. Namun Ruben terlalu banyak menuntut, membuat hubungan mereka begitu melelahkan. Kayla butuh waktu sejenak untuk bernapas dan Ruben tidak dapat hidup tanpa wanita. Ruben berselingkuh dengan Milly sahabat Kayla .  Kayla kembali mendaki gunung untuk melupakan Ruben dan mengobati sakit hatinya. Patar , pariban Kayla setia menemani kemanapun kakinya melangkah. Akhirnya Kayla sadar pangeran fajar itu adalah Patar, pria yang selama ini hanya menjadi bayangan. Tidak terlihat tapi selalu ada untuk melindunginya.

Cerita di atas mungkin terasa biasa  saja , bahkan klise. Tapi tunggu , gaya tutur bebasa dan lugas membuat novel ini berbeda. Imajinasi penulis terkadang liar menghadirkan momen tidak terduga. Love scene, mengajak pembaca menerawang sedikit nakal . Sekaligus membuat  editor mengerutkan kening. Sangat terasa ada bagian terpotong gunting sensor. Typografi terlihat di beberapa bagian, namun tidak mengurangi esensi cerita.

Kehadiran tokoh Dani di bab “Dari Mana Mau Kemana” seolah tidak terhubung dengan masa lalu dan depan Kayla. Tokoh ini , tiba-tiba muncul lalu menghilang tanpa memberikan kesan . Seandainya bab ini dihilangkan pembaca tidak akan menyadarinya. Kesan yang sangat terasa di bab ini keindahan dan keseruan perjalanan ke Bromo saja.

Konflik terakhir antara Patar dan Kayla cukup mengejutkan. Saya kira jetcoaster  akan segera mendarat manis. Tapi kisah sekali lagi berputar klimaks dan  berakhir. Rupanya Eka tahu bagaimana memberikan ending yang berkesan. Dua Jempol buat Eka.

Pesan moral  novel ini adalah cinta butuh kedewasaan,logika dan waktu. Terkadang ketika panah asmara menembus jantung,  gadis remaja tidak mampu berpikir. Ingin segera menambatkan hati. Perburuan cinta menggebu nyatanya tidak memberikan ruang kepada hati untuk menemukan cinta sejati. Ilustrasi indahnya negeri ini jelas akan membuat kaki pembaca gatal untuk menjelajah nusantara.

Sebuah pertanyaan mengganjal, setelah mengamati tokoh Kayla dengan seksama. Banyak kemiripan antara Kayla dan penulis, Eka. Intuisi saya mengarah bahwa Kayla adalah alter ego sang penulis di dimensi lain. Apakah benar? Mari kita tunggu karya Eka Situmorang selanjutnya. Akankah ada Kayla lain di sana.

13 tanggapan untuk “[Resensi] Novel Labirin Rasa – Eka Situmorang Sir”

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar