Kuliner, Nepal

Warung Tegal Ala Nepal

Warteg Ala Nepal
Warteg Ala Nepal

Hamid , supir  sekaligus pemandu kami menghentikan mobil  di daerah Maleko, antara Kathmandu dan Pokhara. Sebuah Kota kecil  tempat singgah kendaraan untuk beristirahat sejenak melepas lelah.


Kedai-kedai kecil mirip warung tegal berjajar di pinggir jalan. Sebuah restoran dua lantai berdiri tepat di seberang jalan. Tapi jangan membayangkan seperti rumah makan Padang  Pagi Sore di Indonesia  dengan rest area dan fasilitas MCK memadai.

kota Maleko - tempat singgah kendaraan
kota Maleko – tempat singgah kendaraan kota Maleko – tempat singgah kendaraan

Makanan yang ditawarkan di warung kecil  cukup menggugah selera tapi karena belum waktunya makan siang kami hanya beristirahat dan menumpang ke toilet. Agar pemilik kedai iklas kamar mandinya dipinjam, kami  membeli sedikit kudapan udang goreng.

penjual udang dan ikan goreng  di Maleko
penjual udang dan ikan goreng di Maleko

Wanita bersari merah melayani kami. Mengambil semangkuk udang berwarna kemerahan lalu memasukan ke dalam wajan berisi minyak panas. Sejenak aroma gurih hewan berkarapak menyeruak. Hmmm nikmatnya. Usai dibungkus dengan kertas, udang dimasukan ke dalam plastik. Harganya 200 Nepal Rupee, lumayan buat lauk makan siang atau camilan di mobil.

Mungkin anda yang sangat perduli dengan kesehatan akan berpikir dua kali membeli kudapan ini. Karena ikan dan udang yang dijajakan teronggok manis di atas meja  tanpa penutup. Dapat dipastikan panganan ini  jadi sasaran debu kendaraan yang lalu lalang.Tapi tenang sebelum dibungkus kan udangnya  digoreng dengan suhu panas, jadi kuman dan bakteri sudah mati. Keep positive thingking.

Satu jam perjalanan dari Maleko sampai di Manakamana , awalnya akan singgah di kuil Manakamana yang berada di ketinggian 1302 mdpl. Tapi karena antrian penumpang kereta gantung sampai dua kilometer kita memutuskan melanjutkan perjalanan ke Pokhara . Dan akan kembali ke sini lusa sepulang dari Pokhara.

Karena merupakan kawasan wisata religi, di sini banyak warung , resto dan hotel. Hamid mengajak kami di sebuah  warung makan sederhana. Bangunannya lebih permanen dan bersih dibandingkan warung di Maleko. Penjualnya pasangan muda dan sangat wajahnya mirip orang Jawa. Tapi ini beneran bukan warteg lho.

Hamid dan putrinya Grisma sedang menikmati makan siang
Hamid dan putrinya Grisma sedang menikmati makan siang – berdiri dibelakngnya pemilik warung

Porsi makan orang Nepal sangat  besar . Liat saja piring Hamid, nasi memenuhi dua pertiga piring , nampan tepatnya. Begitu juga putrinya Grisma yang berusia 16 tahun, porsinya makannya besar, seperti lelaki. Tapi katanya di Nepal ini normal. Jujur saya agak iri dengan mereka. Bagaimana dengan porsi sebesar itu mereka bisa tetap langsing. Sedangkan saya, makan sedikit langsung jadi lemak.

Makan Siang Warteg Ala Nepal
Makan Siang Warteg Ala Nepal

Saya wanti-wanti kepada pelayan nasinya cukup setngah porsi. Menunya disamakan dengan Hamid dan Grima yaitu ikan goreng dan sambal. Di dalam piring ada lalapan timun dan wortel serta asinan bayam. Cara memakannya , semua lauk dimasukan ke dalam piring besar. Lalu kuah sup dituang di atas nasi dan diaduk-aduk dengan tangan. Setelah nasi basah barulah dimakan.

Kalau ditanya rasa tidak terlalu cocok dengan cita rasa orang Indonesia. Rasa sup sedikit flat tapi tiba-tiba beberapa sayuran tumis rasa rempahnya sangat “nembak”.

Harga  makanan sederhana ini 250 Nepal Rupee, kayaknya ini harga turis. Soalnya tadi ngintip Hamid membayar 200 Nepal Rupee untuk  dua porsi  . Tapi tidak apa-apa, harganya sama dengan makanan di warung tempat pemberhentian bus di jalan Lintas Sumatra. Tapi bedanya kalau di Nepal supirnya  bayar nah di Lintas Sumatra supirnya gratis.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

RELATED STORIES
Nepal Travel Preparation
First Step Kathmandu
Boudhanath – Different Way to Pray
Pashupatinant – Past and Future
Monkey Temple
Patan Durbar Square
Durbar Square-Kathmandu
Durbar Mar – Manhattan-nya Kathmandu

Thamel House Restaurant
Warteg Ala Nepal
Finally Found Good Rice in Pokhara

Bhangeri Durbar Resort
Hotel Vaishali , Thamel Kathmandu
Hotel With Flower, Tulsi

34 tanggapan untuk “Warung Tegal Ala Nepal”

  1. Selalu menggugah selera kalau ngulik soal makanan. Btw, Mas Danan, yuk ke sana lagi naik ke basecamp Everest? Sangunya nasi bungkus warteg itu aja 😀

    Suka

      1. kalo ke nepal aja sebetulnya ngga mahal , bisa trekking ke gunung2 nah yg mahal EBC (everest base camp) ribet masuknya ke tibet ngurus dari chengdu, musti pake tour lokal dan pasti butuh duit dan waktu banyak

        Suka

  2. ini nasinya bener-bener bikin ikat pinggang terasa sesak di perut sehabis makan dan memang iri kenapa mereka makan nasi segini banyak tapi tidak ndut alias melar? kenapa? hehehe

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar