Papua, Travelling

Euphoria Danau Sentani 2013

FDS 2013
FDS 2013

Dua wanita setengah baya menari  bersemangat bersama beberapa pria. Hiasan burung cendrawasih melambai-lambai di atas kepala seolah memberi salam kepada penonton.

(22/05/2013) Tepat pukul 12 siang , kami sampai di Pantai Wisata Khalkote Distrik Sentani Timur Kabupaten Jayapura, Papua. Kemeriahan masih ada tapi tidak terlihat penari dan  panggung terapung berhiaskan daun palem. Sebagian besar  pengunjung menikmati keindahan danau dengan menumpang perahu rakyat bertarif 10 ribu rupiah, sisanya berjalan menyusuri dermaga. Cuaca panas tidak menggetarkan semangat pengunjung  menanti pertunjukan terakhir Festival Danau Sentani 2013.  Acara tahunan yang digelar sejak tahun 2007 ini merupakan ajang promosi pariwisata budaya dan alam Papua.

Saya sempat tertegun ketika sampai di  Danau Sentani, tidak menyangka seindah ini. Dua puluh satu pulau menyebar bak mutu manikam di danau  dekat pegunungan  Cycloops . Berkali-kali saya jatuh cinta dengan alam Papua, setelah kemarin merasakan cinta pertama menatap keindahan lembah Baliem. Dan  yakin esok atau lusa akan kembali merasakan cinta di Raja Ampat atau mungkin di Merauke.

Para pedagang  tak bergeming, setia menanti pengunjung di lapak kaki lima. Beragam souvenir khas Papua dijajakan sepanjang jalan. Noken, kerajinan kulit kayu dan koteka tergantung rapi di kedai-kedai. Harganya relatif murah , asal pandai menawar bisa dapat murah tho. Tidak ketinggalan makanan tradisional hadir melengkapi FDS 2013. Mau mencicipi papeda ala kaki lima atau ulat sagu silakan saja beringsut ke ujung jalan. Para mama dan nona tersenyum ramah melayani pembeli.

Pukul 14:00 pagelaran tari tradisional dimulai, para penari bersiap di pinggir lapangan dengan kostum dan riasan. Pakaian kulit bermotif dikenakan wanita sebagai kemben, sedangkan para pria bertelanjang dada. Bawahan  didominasi rumbai alang-alang dan  bagian kepala mengenakan topi bulu unggas warna-warni.

Hari ini giliran Kampung Asei Kecil,  Kampung Kayu Batu,  Group Yansuwali (Distrik Kemtuk Gresi),  Kampung Putali,  Kampung Nendali yang akan mempertontonkan kepiawaan gerak dan tari. Para fotografer bersiap mengabadikan momen terbaik FDS 2013, panas terik tidak menjadi halangan .

Penari bertopi kuning dari kampung Putali mendapat giliran pertama. Seorang pria tua menyanyi memimpin rombongan lalu pria muda bergerak melangkah sesuai irama sambil memukul tifa. Tubuhnya berkilat-kilat di bawah sinar matahari bagai prajurit gagah berani. Tidak lama wanita menyusul dibelakangnya dengan gerakan lemah gemulai. Suara shutter speed kamera bersahutan dari pinggir lapangan. Fotografer memburu setiap momen penari dengan kombinasi keindahan alam Danau Sentani.

Berikutnya giliran grup tari Keblo dari Asei Kecil mempertontonkan tarian mandep. Dua wanita setengah baya menari  bersemangat bersama beberapa pria. Hiasan burung cendrawasih melambai-lambai di atas kepala seolah memberi salam kepada penonton.

Sayang sekali sore ini kami tidak bisa menyaksikan pertunjukan tari hingga usai. Karena akan menyebrang ke Pulau Asei Kecil mengunjungi gereja tua.

Suara gegap gempita penonton terdengar hingga ujung pulau manakala kami sampai di Asei Kecil. Semakin sore suasana semakin semarak, apalagi ketika lomba yosipancar dimulai. Pria mengenakan jas , sedangkan  wanita mengenakan gaun, mereka bersiap menari berpasangan bagai noni dan tuan Belanda.

Lima hari ini Danau Sentani penuh euphoria kegembiraan. Aneka pertunjukan seni dan budaya menjadi daya tarik wisatawan dan penduduk lokal. Namun esok hari, danau Sentani akan kembali sepi dan tenang bersama keindahannya.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.


RELATED STORIES
Selamat Pagi Wamena
Kurima, Jalur Trekking Terbaik
Kehangatan Kilise
Teatrikal Lembah Baliem
Dari Gunung Tujuh ke Habema
Candid Distrik Kurulu
Euphoria Danau Sentani 2013
Napak Tilas Gereja Tua Assei
Ifar Gunung – Napak Tilas Sang Jendral Amerika
Kuliner Papua, Ekstrim Sampai Lezat

Baliem Pilamo Hotel, Wamena
Travellers Hotel Sentani

34 tanggapan untuk “Euphoria Danau Sentani 2013”

      1. tidak di pinggir danau tepatnya, hehe.. 😀
        beberapa kilometer dari situ, dulu sering bersepeda “nge-bolang” kesana..
        jadi inget balapan sama teman2 di dermaga dan “nyemplungin” sepeda ke danau.. 😀

        Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar