Nepal, Travelling

Durbar Mar – Manhattan-nya Kathmandu

4

Puas blusukan sebagai traveller minimalis alias backpacker di Thamel, saatnya menjadi traveller tajir berjalan-jalan di kawasan premium Durbar Mar.


Ketika ingin mengunjungi Musemum Nasional Narayanhiti yang berada  di persimpangan Prihvi dan Durbar Mar. Ternyata museum seluas 30 hektar ini tutup , pengunjung hanya bisa memotret dari luar  pagar besi. Di atas loket tertulis  museum ditutup pada hari Selasa, Kamis dan libur nasional. Narayanthi awalnya istana lalu diambil oleh pemerintah setelah kekuasaan monarki jatuh.

Nama, Narayanhiti, terdiri dari dua kata ‘narayan’ dan ‘Hiti’. Naryan adalah nama dari inkarnasi dari dewa Hindu Wisnu , yang kuilnya terletak di seberang ke istana. ‘Hiti’ berarti “moncong air” yang juga terletak di sebelah timur pintu masuk utama di Bait istana.

Durbar Mar – artinya King Way – di depan pertigaan Narayanhiti Museum  terlihat nyaman dibandingkan kawasan Thamel. Trotoar besar dengan pepohonan di sisi jalan mampu menahan terik sinar matahari. Pertokoan dengan brand internasional berjajar menghiasi jalan protokol. Kathmandu terlihat berbeda dari sini, jauh dari kesan kumuh apalagi crowded. Tapi jujur, yang membuat saya bahagia ketika melihat outlet merah berlogo pria berkacamata. Hore KFC, maklum berhari-hari di Nepal selalu merasakan cita rasa kare. Setelah memesan satu paket combo burger seharga 40 ribu , duduk di sudut restoran yang didominasi wisatawan mancanegara.  Senangnya bisa ngadem di AC liat mbak-mbak bule. Tapi yang agak mengecewakan tidak ada sambal di sini, hanya saus tomat. Tapi patut bersyukur tidak dapat ayam goreng rasa kare (rasa rempah membunuh lidah)  seperti di Thamel.

Mumpung masih pagi , jalan kakinya dilanjutin yuk. Olahraga sekaligus windows shopping berasa di orchard street Singapur . Ada mall, pub , resto , butik ,  hotel keren plus bulewan dan bulewati yang berseliweran. Kebanyakan pake tanktop, maklum lagi summer di sini.  Warga lokal tampil lebih bergaya dan berkelas. Biasanya pake sari ini sudah pake dress dan high heels, tidak  ketingalan make up.   Sampai di ujung jalan terlihat patung Raja Mahendra  berkalung bunga di bundaran Durbar Mar, Jamal Road dan Teendhara Marg.

Mahendra Bir Bikram Shah adalah putra Tribhuvan Bir Bikram Shah yang memerintah Nepal tahun 1955-1972. Patung dengan bendera segitiga semakin mengukuhkan bahwa Durbar Mar, benar-benar jalan Raja.

Kalau tadi jalan-jalan glamor , berikutnya lebih religius tapi ini bukan pencitraan. Tapi ketika melihat tulisan arab dan kubah masjid, hati saya bergetar. Rasanya luar biasa melihat masjid di negara yang mayoritas masyarakat memeluk agama Hindu dan Budha. Di Jalan Durbar Mar  dapat dijumpai dua masjid besar, Kashmiri Taqiya dan Masjid Jami’ Kathmandu.

Masjid Khasmiri atau Masjid Khasmiri Pancha Taqiya dibangun pertama kali oleh seorang ulama Khasmir pada 1524 M pada masa pemerintahan Raja Rama Malla (1484-1520). Bangunan ini merupakan masjid pertama dan terbesar di Nepal. Dari luar hanya terlihat tembok besar dengan sedikit kubah menyembul. Di bagian dalam terdapat mimbar masjid dengan ornamen pilar-pilar besar dan ukiran. Di dalam kompleks Masjid terdapat makam Sufi Miskeen Shah Kashmiri, ulama Khasmir yang membawa ajaran islam ke Nepal. Setelah sholat sayapun sempat berkenalan dan berdialok dengan penjaga masjid, mereka sangat antusias. Mendengar kata-kata Indonesia, yang ada dibenak mereka negara besar dengan jumlah muslim yang besar.

Masjid Jami’ Kathmandu terletak satu blok dari Masjid Khasmiri , tidak jauh dari kampus Tri Chandra. Masjid kedua di Kathmandu dibangun kelompok pertama Muslim Hindustani masa kekuasaan Raja Pratap Malla (1641-1674). Masjid tiga lantai dengan warna  hijau merupakan pusat aktivitas umat muslim di kota Metropolitan Kathmandu.  Kios-kios berjajar di sekitar area masjid yang juga dilengkapi madarasyah setingkat SD sampai SMA.

Bangunan menarik lainnya adalah Ghanta Ghar yang berarti rumah jam (Ghanta= jam, Ghar = rumah) ,lebih sering disebut Clock Tower.  Clock Tower dibangun di era Rana merupakan pengaruh budaya Barat di Nepal. Pada bagian menara merupakan kronometer surya bersejarah yang diukur waktu berdasarkan posisi matahari. Sempat rusak terkena gempa tahun 1933 namun dibangun kembali. Jam besar yang terisnpirasi dari Big Ben di London berada di pelataran kampus Tri Chandra ,  berdiri tahun 1918 oleh Chandra Bahadur Rana Shamsher Jang. Ternyata mahasiswa di Nepal tidak berbeda dengan mahasiswa di Indonesia , hobi berdemontrasi. Tapi lebih halus dan terkonsep.  Lihat saja tulisan di pagar kampus menyuarakan perubahan dan revolusi. Saat berkunjung ke Nepal bulan April 2013, politik Nepal agak sedikit memanas menjelang pertanggungjawaban perdana mentri.

Jalan ini memang penuh warna. Pusat perbelanjaan kelas internasional berdampingan  dengan komunitas muslim terbesar di Nepal dan kampus Tri Chandra.  Durbar Mar merubah anggapan saya bahwa Kathmandu identik jalan kecil berdebu dan kuil tua berumur ratusan tahun. Di sini ada Durbar Mar,  Manhattan-nya  Kathmandu

 

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.


RELATED STORIES
Nepal Travel Preparation
First Step Kathmandu
Boudhanath – Different Way to Pray
Pashupatinant – Past and Future
Monkey Temple
Patan Durbar Square
Durbar Square-Kathmandu
Durbar Mar – Manhattan-nya Kathmandu

Thamel House Restaurant
Finally Found Good Rice in Pokhara

Bhangeri Durbar Resort
Hotel Vaishali , Thamel Kathmandu
Hotel With Flower, Tulsi

27 tanggapan untuk “Durbar Mar – Manhattan-nya Kathmandu”

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar