Curahan

Diam

~Diam itu menenangkan tapi tidak menyejukani. Tapi lebih banyak yang memilih diam demi ketenangan bukan kesejukan hati~

Diam itu menenangkan tapi tidak menyejukan. Hati ini tidak berkobar tapi tetap terasa sesak. Tak selesai , tak usai, menggantung bagai awan tak berpanyangga. Melayang-melayang, mengawang membuat aku tak bisa tidur. Menyisakan rasa lelah  dan garis hitam melingkar di sekitar mata .

“Kamu menangis semalaman.”

Aku diam. Keluh kesah dan rasa iba tak melegakan. Bukankah semuanya sudah selesai bersama kebisuan. Kupandang sosok di ujung ruang wajahnya tenang. Garis wajahnya tegas mengagumkan, sekeras pendiriannya. Tak kuasa bibir ini membantah, tak kala mata nanar memandang tajam meluruhkan sejuta keberanian. Aku takluk, kalah. Dasar wanita bodoh pecundang, makiku dalam hati.

“Bang… a… a… ku…”. Seuntai keberanian bergetar hebat. Lalu surut bersama sinar mata lembut dan dalam. Sejenak tubuh itu mendekat, memeluk erat membungkam semua rasa sakit. Kunikmati rasa takut sebagai mahluk lemah. Sekali lagi aku tak berdaya.

“It’s will be ok. Mendua bukan berarti Abang tidak mencintaimu”, ujarnya lirih.

4 tanggapan untuk “Diam”

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar