Curahan

Belajar Dari Batavia Air

Kutukan?
Kutukan?

Hati-hati bagi anda yang memiliki usaha dengan nama Batavia. Bisa jadi kebangkrutan maskapai yang mengutip nama ibu kota Indonesia menjadi kesialan beruntun bagai sebuah kutukan. 

Hati-hati bagi anda yang memiliki usaha dengan nama Batavia. Bisa jadi kebangkrutan maskapai yang mengutip nama ibu kota Indonesia menjadi kesialan beruntun bagai sebuah kutukan. Setelah tiga hari kota Batavia dilanda banjir tiba-tiba Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mempailitkan maskapai Batavia Air, melalui surat keputusan Nomor 77/pailit/2012/PN.NIAGA.JKT.PST tertanggal 30 Januari 2013.

Keputusan tiba-tiba ini merupakan permohonan ILFC . Batavia Air tidak mampu membayar hutang. Akibat tunggakan pesawat wide body Airbus 330 , angkutan penerbangan jemaah haji. Efek domino Batavia Air tidak mendapatkan proyek haji selama tiga tahun berturu-turut.

Bagi traveler kejadian ini sangat mengejuktan, termasuk saya. Rencana perjalanan tiba-tiba harus hilang tanpa jejak. Maaf jika terlalu pesimis. Mengurai kejadian 13 Januari 2011 ketika Mandala Air dipailitkan. Tidak ada penyelesaian pembayaran ganti rugi (refund). Manajamen seolah-olah lepas tangan. Logikanya siapa sih yang mau mengurus perusahaan bangkrut. Aset yang tersisa diprioritaskan untuk membayar kreditur besar dibandingkan membayar kewajiban kepada konsumen. Konsumen berada di posisi lemah.

Berusaha iklas pilihan terbaik. Impian ke Raja Ampat hilang dalam sekejap. Meskipun tiket promo tapi nilainya di atas satu juta. Kantor perwakilan Batavia Air juga sudah tidak beroprasi. Kemana harus mengurus refund? Melalui online? Beberapa tahun yang lalu manajemen Mandala Air menjanjikan pengembalian refund melalui online. Lalu tiba-tiba websitenya menghilang setelah bukti pembayaran dan scanan KTP dikirimkan. Jadi tidak ada yang menjamin hal yang sama akan terjadi dengan Batavia Air.

Beredar rumor bahwa Tiger Airways siap menyuntikan dana ke Batavia Air, mirip Mandala Air. Logikanya investor hanya akan membeli aset-aset besar dan membayar kreditur potensial. Sedangkan kewajiban yang berhubungan dengan konsumen diputihkan. Tidak ada ruginya mengabaikan konsumen dibandingkan kreditur yang akan memberikan hutangan

Beberapa indikasi ketidaksehatan maskapai sudah terlihat. Pertama, bulan September tahun lalu saya mengalami keterlambatan penerbangan Jakarta-Jambi 9 jam. Manajemen beralasan pesawat rusak dan tidak ada ganti jadi menunggu pesawat dari Bali. Kedua, tanggal 29 Januari 2013 seorang blogger Kompasiana menggugat Batavia Air Inflight Magazine. Artikel bertajuk “Uji Fisik Dan Adrenalin di Gua Jombang” muncul di Batavia Inflight Magazine edisi November Desember 2012 tanpa ijin penulisnya. Penulis asli bernama Elisabeth Murni tiba-tiba berganti nama menjadi Indrajanto. E-mail keberatan sudah dilayangkan ke pihak manajemen Batavia Air sudah dilayangkan tapi tidak ada respon hingga hampir satu bulan. Ketiga, modusnya mirip sebelum Mandala Air sebelum bangkrut tahun 2011. Beberapa bulan sebelum dinyatakan pailit memberikan promo online tapi tidak didukung sistem informasi memadai. Akibatnya antrian data website menjadi lambat tapi tetap menjaring konsumen. Mungkin ini cara maskapai mendapatkan dana.

Indikasi di atas seharusnya menajamkan nalar bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Tapi logika kalah dengan nafsu mendapatkan tiket murah dan jalan-jalan. Semoga kejadian di atas bisa menjadi pelajaran bagi kita , terutama traveller. Jika konsumen tidak mendapatkan perlindungan di negeri ini. Maka cara terbaik adalah melindungi diri sendiri dengan menjadi konsumen pandai.

http://hukum.kompasiana.com/2013/01/28/artikel-saya-di-kompasiana-dicolong-batavia-inflight-magazine-523657.html

Situs Mandala Air Menghilang

Mandala oh Mandala…

10 tanggapan untuk “Belajar Dari Batavia Air”

  1. Ini yang gak aku habis pikir. Harusnya ketika dinyatakan pailit, setidaknya maskapai diberikan waktu katakanlah seminggu (atau bahkan sebulan) untuk menyelesaikan dulu penerbangan yang tiketnya keburu dipesan penumpang, lha ini sidang sampe malam tahu2 pukul 00.00 WIB sudah harus berhenti beroperasi.

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar