Aceh - Bumi Serambi Mekah Nan Elok, Travelling

Jelajah Aceh 2011 (part 18) : Pulang dan Berpisah

pelabuhan bebas, Sabang

Hujan deras mengguyur Sabang membuat orang-orang tertidur makin lelap setelah melewati malam panjang. Semua pelancong pun berpikir sama. Ah.. ini kan hari minggu, ketinggalan kapal pagi masih ada yang siang.

Pagi ini saya kebagian tugas untuk berburu tiket penyebrangan Feri. Dengan menggunakan sepeda motor saya di antar menuju Pelabuhan Baru , Sabang. Waktu menunjukan pukul 08:00, kapal pagi yang seharusnya berangkat pukul 7 pagi baru saja beangkat. Tak tampak keramaian berarti apalagi antrian penumpang. Ruang tunggu pun tampak lengang, sesekali hanya petugas yang tampak hilir mudik sibuk.

Saya menghampiri loket tiket yang setengah terbuka, nampaknya akan tutup. Petugas berkata bahwa loket penjualan tiket untuk penyebrangan jam 2 siang akan di buka pukul 12 siang. Dan tiket hanya bisa dibeli waktu itu.

dermaga pelabuhan

Ya sudahlah, saya nikmati saja pagi ini untuk berjalan-jalan dan menikmati suasana pelabuhan sambil mengabadikan beberapa gambar. Bosan berjalan berkeliling sayapun duduk di ruang tunggu sambil menjelajah dunia maya. Wifi di ruang tunggu pelabuhan lumayan cepat , cukup buat up date status dan chatting sambil membunuh waktu.

Pukul 10:00 saya berjalan menuju, dermaga. Beberapa kendaraan roda dua sudah tampak mengantri tiket. Geliyat kehidupan mulai tampak di pelabuhan. Sabang , kota kecil yang mempesona rasanya ingin tinggal di sini satu bulan, bahkan satu tahun. Saya memang terlalu mudah jatuh cinta dengan kota kecil di pulau dengan pemandangan exotic. Seperti pertama kali tiba di Selayar ataupun Belitung.

naik sepeda Banda Aceh-kilometer no

Lamunan sayapun buyar ketika tiga orang anak muda lewat sambil menuntun sepeda. Rasanya tidak asing dengan mereka. O, saya ingat mereka kan yang saya jumpai dalam perjalanan menuju kilometer nol. Ketika sunset mengembang di ufuk barat mereka baru sampai di km 0 dengan menggunakan sepeda. Sambil menunggu loket tiket buka sayapun sempat berkenalan dengan mereka.

Tiga pemuda yang bisa menginspirasi siapupun  melakukan hal-hal luar biasa. Berangkat dari Banda Aceh menuju km 0 dengan bersepeda. Hanya dua sepeda untuk bertiga. Hari dan Faisol merupakan mahasiswa IAIN Ar-Raniry angkatan 2009, sedangkan Rolek teman mereka asli dari Brastagi Medan. Ide gila awalnya dicetuskan oleh Hari dan Rolek yang memang ingin sekali ke km 0 tapi memiliki buget yang terbatas. Dengan niat kuat mereka berangkat sabtu pagi tanggal 31 Desember 2011. Dan baru sampai menjelang sore di km 0. Tantangan terbesar perjalanan ini adalah ketika melewati jalanan menuju km 0 dengan tanjakan ekstrim dan rasa haus. Mereka bilang perjalanan ini seperti mimpi, antara mungkin dan tidak mungkin. Menjadi pengalaman berharga seumur hidup. Tapi mereka tetap punya impian besar untuk sampai ke Merauke dengan menggunakan sepeda. Mungkinkah? Mungkin…..

suasana di kapal

Tepat pukul 12 siang rekan saya sampai di pelabuhan, mereka sudah duduk di ruang tunggu. Usai membeli tiket kamipun mengantri masuk ke dalam kapal yang memang terlihat lebih ramai dibandingkan keberangkatan 4 hari yang lalu. Karena lelah beberapa rekan memilih duduk di ruang penumpang. Saya , Vira  dan Oki memutuskan untuk lesehan di dek atas, yang ternyata suasananya sangat ramai. Tapi lebih baik di sini, udaranya lebih segar dibandingkan di dalam. Semoga siang ini tidak hujan.

istirahat di halaman masjid

Melewati pelayaran selama 2 jam terasa begitu singkat, karena kami tertidur di lantai dek atas. Sesampai di pelabuhan Ulele perjalanan dilanjutkan menuju Masjid Baitturahman dengan menggunakan labi-labi. Oki dan Edi langsung pergi menuju terminal untuk membeli tiket bis Aceh-Medan.

interior Masjid Raya Baiturrahman

Akhirnya terwujud juga niat untuk sholat di Masjid Rata, Baiturrahman. Sebuah masjid megah dengan arstitektur indah dan unik. Halaman masjid sangat luas, banyak orang duduk bercengkrama di atas rumput hijau depan masjid. Kamipun tidak mau ketinggalan, melepas lelah sambil makan mie Aceh murmer seharga Rp 3000,-.

Peson Masjid Raya

Sambil menunggu keberangkatan ke Medan kami menghabiskan waktu , mengagumi masjid yang menjadi kebanggan warga Aceh. Tak bosan-bosannya berada di kawasan masjid yang terletak di jantung kota Banda Aceh. Tak terasa magrib datang, kamipun harus bergegas bersiap menuju terminal. Ada perasaan sedih ketika harus berpisah dengan Ria, Vira dan Edi. Teman petualangan menjelajah Bumi Serambi Mekah. Berharap satu hari bisa bertemu dan melakukan trip bersama.

Magrib di Masjid Raya

Selepas sholat magrib kami menuju terminal dengan menggunakan becak motor. Vira menitipkan bungkusan kepada kami bertiga. Dan ternyata isinya nasi padang  untuk makan malam di bis. Duh beneran jadi terharu, setelah melihat lauknya. Lauknya rendang daging sapi yang lezat. Kalo diingat-ingat selama perjalanan jarang sekali bertemu lauk daging. Bener-bener iritpacker sejati.

makan malam

Sesampai di terminal kami langsung check in alias lapor ke pool bus Kurnia. Masih ada waktu setengah jam sebelum keberangkatan. Tanp malu-malu bungkusan dari Vira kita buka. Makan malam kali ini dilewatkan di ruang tunggu bus.

Pukul setengah delapan bus berangkat menuju Medan. Dari pria yang duduk di samping saya, mengetahui bahwa malam tahun baru ada penembakan di Aceh membuat situasi sedikit menegang. Saya berdoa semoga perjalanan ini baik-baik saja dan selamat sampai tujuan. Tak berapa lama, sayapun lelap tertidur bermimpi berada di dunia bawah laut Iboih.

surya pagi

Cahaya matahari pagi  membangunkan saya dari mimpi panjang. Rasanya bus ini tidak bergerak dan melaju walaupun derau mesin masih terdengar. Ada apakah dengan bus ini. Ternyata bus yang kami tumpangi mogok di tengah jalan pingir sawah. Ada perasaan khawatir. Saya berharap sudah sampai di Sumatra Utara. Setelah berbincang dengan warga lokal yang lewat, lega perasaan ini. Kita sudah melewati perbatasan Aceh-Medan.

Tak terasa 10 hari sudah kami lewatkan bersama. Beragam pengalaman kami rasakan . Sebuah perjalanan singkat  yang tidak akan dilupakan seumur hidup. Mencoba sebuah perjalanan minimalis , menjauhkan diri dari kondisi “mapan” dan serba ada. Agar bisa mensyukuri dengan apa yang kita punya sekarang.

Terimakasih buat rekan-rekan backapcker kali ini: Oky, Liza,Rahmad, Jalo, Ria, Vira dan Edi. Sahabat yang saya dapatkan dipenghujung 2011. Meskipun kita baru kenal di dunia maya tapi perjalanan dan berbagi kehidupan selama trip bagai bertemu teman lama.

Terimakasih buat orang-orang yang membantu perjalanan kita: keluarga besar Ria , Bang Iwan Bahagia, Pak Iwan dan ibu pemilik Ujung Nunang, Bang Afif yang antar kita ke kota dari Ujung Nunang, Bang Yusuf dengan avanza anter kita ke museum Tsunami, Tedy Backpacker Aceh yang bantu kasih info, Iqbal yang nampung kita di Banda, Bang Fauzi “Ceudah” yang bantu cari sewa motor dan penginapan, Bang Wahyudi Binjai yang sewain alat snorkling, Pak Amy pemilik penginapan di Iboih, Pak Ihsan tetua Anoi Item, Bang Ubit ketua Remaja Anoi Itam dan semua pihak yang tidak kami sebutkan satu persatu. Terimasih banyak….

Jelajah Aceh 2011 (part 1): Awal Yang Tak Selalu Indah

Jelajah Aceh 2011 (part 2) : Lut Tawar Begitu Menggoda

Jelajah Aceh 2011 (part 3) : Uji Nyali dan Dingin.. Brrrr

Jelajah Aceh 2011 (part 4) : Ayo Bergaya ke Burgayo

Jelajah Aceh 2011 (part 5): Labi-Labi Berjodoh

Jelajah Aceh 2011 (part 6): Kenangan 7 Tahun Bencana Tsunami

Jelajah Aceh 2011 (part 7) : Tidur Dimana?

Jelajah Aceh 2011 (part 8): Berlayar ke Ujung Barat Indonesia

Jelajah Aceh 2011 (part 9) : Santai di Pantai, Slow di Pulauuuu

Jelajah Aceh 2011 (part 10) : Keheningan Iboih

Jelajah Aceh 2011 (part 11): Check Out!

Jelajah Aceh 2011 (part 12) : Pengelana Senja

Jelajah Aceh 2011 (part 13) : Bukan Wisata Kuliner Biasa

Jelajah Aceh 2011 (part 14): Memburu Sunrise Benteng Jepang.

Jelajah Aceh 2011 (part 15) : Pantai di Kota Sabang

Jelajah Aceh 2011 (part 16) : Dari Off Road Sampai Nol Kilometer

Jelajah Aceh 2011 (part 17): Sabang, Happy New Year!!!

Jelajah Aceh 2011 (part 18) : Pulang dan Berpisah

Jelajah Aceh 2011 (part 19) : Yang Unik Dari Sabang

 

Simak Yuk Serunya #NekadTraveler

2 tanggapan untuk “Jelajah Aceh 2011 (part 18) : Pulang dan Berpisah”

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar