Menikmati makanan lokal merupakan alternatif bagi para pelancong untuk lebih mengenal ciri khas daerah tertentu . Bagi penghobi makanan, aktivitas ini lebih dikenal dengan wisata kuliner. Meskipun makanan tradisional dapat kita jumpai di restoran kota besar. Sensasi menikmati makanan di daerah asalnya akan sangat berbeda. Contohnya ketika pertama kami sampai di Takengon, minum secangkir kopi Gayo di pinggir danau Lut Tawar. Antara aroma, cita rasa dan keindahan alam membangun kenangan yang tidak akan terlupakan.
Fungsi lain dari wisata kuliner adalah berinteraksi dengan masyarakat lokal. Terkadang di dalam perjalanan kita membutuhkan informasi. Kedai makanan merupakan salah satu tempat di mana kita dapat bertanya. Untuk mendapatkan informasi yang tepat dan akurat dibutuhkan pendekatan dan waktu sedikit panjang. Sambil menikmati makanan atau minuman kita dapat bertanya dengan pemilik atapun pengunjung kedai.
Seperti pengalaman kami di Anoi Itam. Setelah beristirahat sejenak di sebuah warung sambil menikmati rujak Aceh dan Mie Aceh. Sang pemilik pun mengenalkan kami dengan Bang Ubit, ketua remaja setempat. Dari sinilah komunikasi terbangun dengan masyarakat lokal. Dan kami bisa mendapatkan informasi ,kemana jika harus mengurus ijin untuk berkemah.
Meskipun terkadang makanan lokal tidak cocok dengan lidah kita, jangan mengkritik secara ekstrim. Karena dapat mencedrai sang empunya. Kita juga harus sadar perbedaan inilah yang memperkaya budaya Indonesia. Jadi nikmati saja, apapun rasanya. Sekalian melatih lidah kita untuk cepat beradaptasi. Kita tidak akan pernah tahu, jika besok-besok kita tidak punya pilihan untuk makan.
Ada satu pengalaman yang tidak terlupakan. Sebelum berangkat menuju Aceh. Media online setempat meminta saya untuk membuat artikel tentang aktivitas backpacker kami. Pilihan saya adalah mengulas kota dan kuliner Takengon, selain potensi wisata budaya dan alam. Senang rasanya bisa ikut berpartisipasi di situs berlamat http://www.lintasgayo.com
Jika malam ini kami berempat makan di Pujasera (Pusat Jajanan Selera Rakyat), bukanlah untuk berwisata kuliner. Bagi iritpacker seperti kami menikmati makanan lokal bukan kewajiban. Tapi ini hanya untuk memenuhi rasa penasaran menu “sate gurita”. Dari sisa uang makan siang di Takengon sebesar Rp 22.0000,- dan patungan akhirnya kita memesan empat porsi sate gurita, dengan dua varian saos, bumbu kacang dan padang. Rasa sate ini mungkin tidak terlalu berbeda dengan ayam meskipun sesekali ada aroma seafood dan tekstur daging cumi.
Pujasera yang resmikan oleh Pemkot Sabang pada tahun 2009 merupakan pusat Wisata Kuliner kota Sabang. Kita bisa menjumpai beragam makanan, dari menu lokal sampai nasional. Harga yang relatif murah menjadi tujuan wisatawan untuk makan dan menghabiskan sisa malam.
Makanan lokal juga bisa jadikan buah tangan. Jika anda berkunjung di Sabang tak lengkap rasanya jika tidak membawa pulang kue kacang hijau. Rasanya mirip seperti bakpia. Kue yang dalamnya adonan kacang hijau yang dihaluskan serta kulit tepung tipis. Sangat lezat untuk dinikmati bersama segelas teh hangat.
Apapun gaya berwisata anda sebaiknya jika memiliki buget lebih tak ada salahnya menikmati makanan lokal dengan suasana yang sedikit berbeda. Jadikan pengalaman yang tidak sekedar wisata kuliner biasa.
Jelajah Aceh 2011 (part 1): Awal Yang Tak Selalu Indah
Jelajah Aceh 2011 (part 2) : Lut Tawar Begitu Menggoda
Jelajah Aceh 2011 (part 3) : Uji Nyali dan Dingin.. Brrrr
Jelajah Aceh 2011 (part 4) : Ayo Bergaya ke Burgayo
Jelajah Aceh 2011 (part 5): Labi-Labi Berjodoh
Jelajah Aceh 2011 (part 6): Kenangan 7 Tahun Bencana Tsunami
Jelajah Aceh 2011 (part 7) : Tidur Dimana?
Jelajah Aceh 2011 (part 8): Berlayar ke Ujung Barat Indonesia
Jelajah Aceh 2011 (part 9) : Santai di Pantai, Slow di Pulauuuu
Jelajah Aceh 2011 (part 10) : Keheningan Iboih
Jelajah Aceh 2011 (part 11): Check Out!
Jelajah Aceh 2011 (part 12) : Pengelana Senja
Jelajah Aceh 2011 (part 13) : Bukan Wisata Kuliner Biasa
Jelajah Aceh 2011 (part 14): Memburu Sunrise Benteng Jepang.
Jelajah Aceh 2011 (part 15) : Pantai di Kota Sabang
Jelajah Aceh 2011 (part 16) : Dari Off Road Sampai Nol Kilometer
Jelajah Aceh 2011 (part 17): Sabang, Happy New Year!!!
Jelajah Aceh 2011 (part 18) : Pulang dan Berpisah
Jelajah Aceh 2011 (part 19) : Yang Unik Dari Sabang
Simak Yuk Serunya #NekadTraveler
saya tak sempat mencicipi sate gurita nya…^;~
SukaSuka
ga apa-apa loe kan deket, nyebrang dikit sampe… foto2nya menggiurkan ya? wkakakkakaka
SukaSuka
kere om , sate gurita
SukaSuka
sate gurita… maknyusss prikitiw dah pokoknya, yg unik dari sabang
Sebetulnya banyak makanan asal sabang n Aceh yg wajib dicoba tapi krn keterbatasan buget ya coba aja dulu yg mungkin
SukaSuka
saya sampek kesabang kebanyakan minum susu beruang om….habisnya si vera dengan si ria maksain…jadi gaak s4 makan sate gurita 😦
SukaSuka
wakakakka.. kan deket tuh ke sabang lagi bisa, lagian kayaknya di aceh ada juga sate gurita…
SukaSuka
bang alamat tempat wisata kuliner di pulau sabang yang diatas dimana ya?
SukaSuka
jalan cut nyak dien, kalo bingung tanya aja dengan penduduk lokal di mana pujasera, pasti tahu
SukaSuka
terimakasih ya bang..
SukaSuka
yoi….
SukaSuka
artikel dan foto-fotonya keren keren boss.. Terimakasih infonya
SukaSuka
terimakasih om sudah mampir, aceh memang indah… sebetulnya ada beberapa artikel baru tentang takengon tapi lum sempet diposting
btw kapan2 saja juga ingin ke bromo, belum pernah kesana
SukaSuka
Informasinya sangat menarik. Nice info. Thx 🙂
SukaSuka
terimakasih sudah mampir ke blog sayah
SukaSuka