Aceh - Bumi Serambi Mekah Nan Elok, Travelling

Jelajah Aceh 2011 (part 8): Berlayar ke Ujung Barat Indonesia

berlayar menuju barat (sumber: koleksi pribadi)

Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau…  sambung menyambung menjadi satu… itulah Indonesia

Rasanya tidak percaya jika hari ini, 28 Desember 2011 saya akan menyentuh pulau paling barat Indonesia. Berangkat dengan menggunakan labi-labi kami berempat menuju pelabuhan Ulele. Sampai di pelabuhan ternyata sudah ada Liza , sedangkan Ria masih di jemput oleh Vira dengan menggunakan sepeda motor.

antri tiket di ulele (sumber:koleksi pribadi)

Waktu menunjukan pukul 08:00 WIB , antrian sudah tampak di loket sebelah kiri. Loket sebelah kiri merupakan pembelian tiket kapal Feri yang relatif lebih murah dan bisa memuat kendaraan. Sedangkan loket di sebelah kanan menjual tiket kapal cepat. Harga tiket kelas ekonomi kapal Feri Rp 19.500 sedangkan untuk kapal cepat Rp 55.000. Tentu saja pilihan kami adalah yang paling murah karena penyebrangan menggunakan Feri hanya 2 jam dan kapal cepat 45 menit. Untuk penyebrangan pertama rasanya akan jauh lebih seru menggunakan kapal besar.

ruang tunggu pelabuhan (sumber:koleksi pribadi)
pusat informasi pariwisata (sumber:koleksi pribadi)

Setelah mengantri satu jam akhirnya loket dibuka, satu persatu penumpang membeli tiket. Tiket sudah di tangan saatnya menunggu jam keberangkatan pukul 10:00 WIB di ruang tunggu. Di sebelah kanan ruang tunggu terdapat tourism information center. Tanpa ragu saya kesana meminta peta dan brosur wisata Aceh dan pulau Weh. Rupanya di sana ada seorang wisatawan asal cina bernama Lili. Sempat berkenalan dan berbincang dengan Lili. Ternyata sebelum sampai di Aceh dia telah berkunjung di danau Toba. Dengan bahasa Inggris dan isyarat kami mencoba untuk berkomunikasi. Sayapun bercerita bahwa saya berasal dari Lampung, propinsi paling selatan sumatra dan sekarang berada di propinsi paling utara sumatra. It’s amazing….

pelabuhan ulele (sumber:koleksi pribadi)

Sambil menunggu kapal kami berjalan-jalan di sekitar pelabuhan. Cuaca hari ini sangat cerah, birunya air laut dan langit seolah hanya dibatasi segaris tipis horison.

memandang pelabuhan dari kapal (sumber:koleksi pribadi)

Pukul 10:00 kapal Feri dari sabang merapat , penumpang belum diperkenankan masuk  menunggu proses bongkar muat selesai. Setengah jam kemudian kami memasuki kapal dan memilih tempat duduk di deka atas. Dari sini kami dapat melihat pelabuhan. Tepat pukul 11:05 WIB berlahan kapal yang kami tumpangi bergerak menuju pulau Weh.

dek atas kapal (sumber: koleksi pribadi)
pulau weh sudah tampak (sumber: koleksi pribadi)

Pelayaran selama dua jam dinikmati dengan duduk dan merebahkan diri di badan kapal sebelah kiri. Cuaca yang cerah  serta angin sepoi-sepoi membuat kami mengantuk. Nyaman rasanya tidur di bawah sinar matahari yang tak terlalu terik.

pelabuhan baru, sabang (sumber:koleksi pribadi)

Pukul 1:00 WIB kapal yang kami tumpangi merapat di pelabuhan Bebas Sabang. Setelah turun kamipun berbagi tugas, Oki, Liza dan Rahmad langsung menuju Iboih dengan menggunakan travel untuk mengambil motor sewaan. Sedangkan saya , Ria dan Jalo menunggu di pelabuhan. Setelah mendapat motor barulah kami bertiga dijemput. Semua ini untuk berhemat  karena tarif  travel dari pelabuhan ke Iboih berjarah 32 km bertarif 50.000,-.

Setelah menunggu sekitar 2 jam akhirnya jemputan datang dan petualangan pun dimulai. Tujuan pertama adalah kota Sabang mencari ATM. Lalu menuju ke sebuah toko cinderamata di jalan Perdagangan. Survei oleh-oleh sekalian menemui Bang Fauzi. Kontak kita di Sabang yang membantu kita cari penginapan dan sewa motor.

aneuk laot di Pulau Weh (sumber: koleksi pribadi)

Dan akhirnya kita pun menuju Iboih. Menaiki bukit dan jalan berkelok sambil menembus hutan . Pulau sabang tidak hanya menawarkan keindahan bahari tapi alamnya yang masih perawan merupakan daya tarik yang patut anda nikmati. Mengendarai motor sambil menikmati kesegaran udara , sesekali berhenti untuk mengabadikan momen yang tidak akan dijumpai di kota.

Beberapa jam di sini kami mendapatkan kabar yang kurang mengenakan. Orang tua Jalo dan Rahmad mengabarkan bahwa mereka berdua harus pulang ke Gunung Tua karena ada urusan keluarga. Sedih rasanya harus berpisah dengan mereka , padahal trip masih panjang. Menyentuh air laut Iboih pun belum. Tapi inilah kisah perjalanan. Kita tidak akan pernah tahu dengan prosesnya. Terkadang semuanya harus berhenti sebelum sampai tempat tujuan.

Selamat jalan Jalo dan Rahmad… Senang nge-trip bareng kalian. Semoga kita bisa jalan bareng lagi…

Jelajah Aceh 2011 (part 1): Awal Yang Tak Selalu Indah

Jelajah Aceh 2011 (part 2) : Lut Tawar Begitu Menggoda

Jelajah Aceh 2011 (part 3) : Uji Nyali dan Dingin.. Brrrr

Jelajah Aceh 2011 (part 4) : Ayo Bergaya ke Burgayo

Jelajah Aceh 2011 (part 5): Labi-Labi Berjodoh

Jelajah Aceh 2011 (part 6): Kenangan 7 Tahun Bencana Tsunami

Jelajah Aceh 2011 (part 7) : Tidur Dimana?

Jelajah Aceh 2011 (part 8): Berlayar ke Ujung Barat Indonesia

Jelajah Aceh 2011 (part 9) : Santai di Pantai, Slow di Pulauuuu

Jelajah Aceh 2011 (part 10) : Keheningan Iboih

Jelajah Aceh 2011 (part 11): Check Out!

Jelajah Aceh 2011 (part 12) : Pengelana Senja

Jelajah Aceh 2011 (part 13) : Bukan Wisata Kuliner Biasa

Jelajah Aceh 2011 (part 14): Memburu Sunrise Benteng Jepang.

Jelajah Aceh 2011 (part 15) : Pantai di Kota Sabang

Jelajah Aceh 2011 (part 16) : Dari Off Road Sampai Nol Kilometer

Jelajah Aceh 2011 (part 17): Sabang, Happy New Year!!!

Jelajah Aceh 2011 (part 18) : Pulang dan Berpisah

Jelajah Aceh 2011 (part 19) : Yang Unik Dari Sabang

 

Simak Yuk Serunya #NekadTraveler

2 tanggapan untuk “Jelajah Aceh 2011 (part 8): Berlayar ke Ujung Barat Indonesia”

    1. tertib banget, tiap tiket kapal dikasih nomor dan nama penumpang di catet.. jadi sebetulnya kita dapet tempat duduk di dalem. ga kaya penyebrangan bakau merak

      Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar