Kepulauan Riau, Photography, Travelling

Berjuang di Emperan Toko

Mengenang bertandang ke Tanjung Pinang setahun lalu. Niatan bukan untuk travelling apalagi “jelong-jelong” alis jalan-jalan. Menghadiri undangan kelas workshop dari seorang fotografer handal Tanjung Pinang sekaligus pemilik agensi foto Sijori yang karyanya sudah mendunia.

Yuli Seperei, nama itu tak terdengar asing bagi penggemar fotografer nusantara . Namun bagi saya seorang blogger “mendadak fotografi” sempat bertanya-tanya , siapa sih pria bermurah hati yang mau memberikan waktu dua hari untuk mengajarkan fotografi jurnalistik. Sudahlah gratis, kami berempat mendapat uang saku *bisik-bisik*.

Hari pertama kelas dibuka dengan teori di dalam kelas. Esoknya pagi-pagi diajak hunting ke pasar. Karena saya blogger yang mendadak fotografi, jadi rasanya tak puas setelah memburu gambar tak mengkisahkan dalam kata. Berikut tulisan yang sempat mengendap hampir setahun di gadget.

 

Siapa berusaha, dia akan mendapatkan. Siapa menamam dia akan menuai. Ini sunnatullah.

Minggu pagi menjelang kota Tanjungkanang , Kepualauan Riau. Geliat aktivitas tak seperti biasanya. Kebanyakan toko di sepanjang jalan Merdeka tertutup rapat, pemiliknya masih lelap tertidur menikmati istirahat akhir pekan. Kedai penjual kopi dan makanan tetap buka, menanti pengunjung yang biasanya lebih banyak di hari Minggu.

Emperan toko tak benar-benar lengang satu dua pejalan kaki menapaki trotoar. Mereka yang ingin mencari sarapan atau sekedar jalan-jalan pasti melewati toko.

“Ada saja rejekinya kalau tetap di berdagang.” Gumam Pak Usman pedagang parfum kaki lima.

d

Lapaknya yang hanya berukuran 2×1 meter mengambil satu ruang di muka toko. Empunya tak berdagang hari ini , jadi leluasalah Pak Usman melebarkan lapaknya sedikit. Jika hari kerja tiba, pak Usman tetap diijinkan mengais rejeki asal tak menghalangi etalase dan jalan masuk toko.

b

Berbeda dengan Nek Parmi, perempuan tua ini setia duduk depan salah satu kedai kopi yang tetap buka di akhir pekan. Jadi bukan sebuah kebetulan jika Nek Parmi duduk setia menunggui lapak berisi rokok berbagai merek. Mereka yang mencecapi nikamatnya kopi di dalam sana biasanya butuh hisapan kretek untuk memaksimlkan rasa dan menghangatkan obrolan pagi.

c

Di sudut lain pedagang batu akik yang sedang naik daun dikerumuni beberapa orang. Walau belum pasti membeli paling tidak memancing rasa ingin tahu orang. Berharap salah satu diantaranya tergoda lalu meminang batu warna warni untuk diselipkan di jari.

Penjaja jasa pun tak ketinggalan. Tukang sol sepatu sudah mendapatkan pelanggan pertama hari ini. Teliti memperbaiki sepasang sepatu sambil ditunggui pemiliknya. Bagi mereka yang hanya memiliki sepasang akhir pekan kesempatan untuk mengganti sol atau menjahit keliman sol yang terlepas.

a

Tak memiliki tempat usaha bukan alasan untuk tak berwirausaha. Mendapatkan kemurahan hati pemilik toko mereka tetap bekerja , mengais rejeki halal tak mengenal hari. Jadi tak ada istilah I love Sunday atau I hate Monday karena sesungguhnya setiap hari patut disukuri. Tuhan masih memberikan kesempatan untuk berkerja dan berusaha.

Happy Sunday!

Tanjungpinang , 15 Maret 2015

8 tanggapan untuk “Berjuang di Emperan Toko”

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar